Selasa, 10 Februari 2015

LAPORAN MANAJEMEN TERNAK UNGGAS



LAPORAN MANAJEMEN TERNAK UNGGAS




Oleh :

Budiono
NPM : E1C012052


Jurusan peternakan
Fakultas pertanian
Universitas Bengkulu
2014

Daftar isi







Kata pengantar


            Puji syukur atas  kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia dan hidayahNya sehingga kami masih  dapat menyelesaikan laporan Manajemen Ternak Unggas ini tanpa hambatan sedikitpun.ucapan terima kasih kepada pimpinan Pt.Wonokoyo corp yang telah memberikan kami kesempatan untuk melakukan praktikum di salah satu petani binaannya.  Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman teman  yang telah membantu dalam mensukseskan pelaksanaan pengamatan di pt .wonokoyo corp, dan juga penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mau membantu dan berperan dalam mensukseskan praktikum guna  menyelesaikan laporan semester ini.

            Dalam laporan ini membahas tentang menejemen pemeliharaan ayam broiler, penetasan telur , dan manajemen ayam petelur. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat memperbaiki laporan ini dengan sebaik-baiknya.

.







                                                                                            Bengkulu , 09 Juni 2014



                                                                                                                        Penulis  



 I.Pendahuluan

1.1.Latar belakang

Sub sektor peternakan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan sektor pertanian-peternakan yang diutamakan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Kesadaran akan pentingnya kebutuhan pangan yang benilai gizi tinggi merupakan salah satu indikator dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang dapat dipenuhi dari protein hewani seperti daging, telur dan susu. Semakin meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat akan menyebabkan meningkatnya permintaan akan produk hewani, sehingga perlu adanya peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka pengadaan produk peternakan bagi kebutuhan masyarakat maka diperlukan pembangunan dibidang peternakan yang lebih cepat menghasilkan  produk. Salah satu komoditas ternak yang cukup potensial dalam mencapai tujuan tersebut adalah sector  perunggasan dalam hal ini adalah ayam pedaging dan petelur.
Saat ini ayam masih merupakan komoditi peternakan yang cukup cepat diproduksi untuk kebutuhan pasar dibandingkan dengan produk ternak lainnya. Ayam pedaging dan petelur masih menjadi trend dalam pemenuhan kebutuhan protein  nabati di Indonesia ini walau saat ini pemerintah sedang gencar sosialisasi dan kampanye program swasembada daging sapi. Padahal Ayam ras pedaging memiliki kontribusi 68,1 persen terhadap total produksi daging nasional yang besarnya 1.203 ribu ton (Ditjennak, 2004). Fakta ini merefleksikan tingginya tingkat partisipasi pengusahaan oleh peternak. Secara kuantitatif  terdapat sekitar 75.000 peternak komersial skala kecil yang berperan dan menguasai sekitar 65% dari produksi unggas nasional.
Pengembangan sektor perunggasan tidak bisa di pandang sebelah mata karena terbukti mampu memenuhi kebutuhan daging dengan presentase diatas. Sehingga saat ini banyak sekali yang perlu dipelajari mengenai manajemen yang baik unutk mendapatkan hasil produksi yang maksimal sehingga bisa turut andil dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional.
Sampai saat ini perkembangan ilmu peternakan ayam pedaging dan petelur terus berkembang dan mengarah ke produksi yang sangat berbeda dengan tahun tahun yang lalu. Perkembangan teknologi dan tuntutan zaman yang semakin kompetitif mengharuskan para peternak memeras potensi untuk menghasilkan ternak dengan hasil yang tinggi dan biaya produksi yang serendah-rendahnya di dukung dengan peternakan yang mengarah pada Integrated Farming sehingga tercapai peternakan yang Zero Waste. Dengan memperhatikan faktor lingkungan dan faktor-faktor yang lainnya. Peternakan menjadi salah satu penyebab global warming karena gas metan yang berasal dari feses ataupun dari alat-alat peternakan. Walaupun sektor peternakan menjadi komoditas penting dalam pemenuhan protein hewani disisi lain sektor peternakan menjadi penyumbang dalam kenaikan Global Warming yang saat ini bukan istilah yang aneh bagi masyarakat. Hal inilah yang perlu di perhatikan dan dicari solusi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga mampu menciptakan peternakan yang ramah lingkungan yang sehat dan menyehatkan.

I.2. tujuan                                                                                                                                

Tujuan dari praktikum Manajemen Ternak Unggas adalah agar praktikan terampil dalam menerapkan manajemen dan mempelajari tata laksana pemeliharaan ayam broiler.

1.2.Metode pengamatan

            Praktikum dilakukan dengan mengamati langsung peternakan ayam broiler dan ayam petelur yang dikelola oleh peternak dari kemitraan Pt.wonokoyo corp.

 II.Tinjauan pustaka

2.1 Ayam Petelur

 Ayam ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe, yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. Ayam tipe petelur memiliki karakteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping telinga berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun) efisiensi dalam penggunaan ransum untuk membentuk telur dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna.,2008).

2.1.1 Bibit

Pemilihan bibit dapat dilakukan dengan memilih calon indukan yang sejenis, yaitu bentuk badan seragam, besar kecilnya seukuran dan umurnya tidak terpaut jauh. Sebaiknya calon induk telah berumur paling tidak 7 bulan. Calon bibit tersebut sebaiknya secara turun temurun memiliki sifat-sifat pembawaan yang baik dan sehat, tidak terdapat bagian tubuh yang cacat, berasal dari kelompok atau kawanan ayam yang terpilih, pertumbuhan badannya baik dan hasil telurnya banyak (Suharyanto, 2009).

2.1.2 Kandang

Kandang adalah suatu bangunan yang digunakan oleh unggas sebagai tempat tinggal sejak awal pertumbuhan sampai masa produksi. Oleh karena itu kandang yang disediakan harus bisa menjamin kenyamanan dan kesehatan bagi penghuninya, sehingga unggas mampu berproduksi secara maksimal. Dalam pembuatan kandang harus memperhatukan karaktaristik biologis unggas, sehingga kandang yang tersedia nantinya tidak menimbulkan cekaman bagi unggas tapi bisa memberikan kenikmatan berproduksi. Dengan demikian kandang unggas dikatakan baik adalah suatu bangunan yang memenuhi karaktaristik biologis unggas, sehingga unggas mampu broroduksi sesuai dengan potensi genetikanya (Malik, 2001)
Kandang merupakan salah satu sarana yang terpenting untuk terselenggaranya peternakan secara intensif, disamping sarana-sarana lain yang mendukung. Berdasarkan tingkat umur ayam ad tiga macam kandang yang perlu diketahui yaitu kandang pembibitan, kandang pembesaran ayam dan kandang ayam dewasa yang sudah berproduksi yaitu kandang postal, kandang rend an kandang system batteray (Priyatno, 2002).
Pada peternakan modern kandang dibangun dengan system praktis dan tidak mengunakan tempat terlalu luas tetapi dapat berdayaguna semaksial mungkin, kandang ddibuat sesuai dengan selera masing-masing dengan memperhatikan tempat tinggal dan lokasi yang tersedia (Malik, 2006). Mengingat peranan kandang sebagai sarana produksi usaha ternak ayam sangat penting, maka kandang harus dipersiapkan dengan baik  sehigga kendang tersebut benar-benar siap huni (Ginting, 2006).
Udara dalam kandang banyak mengandung CO2  dan gas Amoniak yang berasadari hasil sekresi, seperti feses. Gatersebut dapat menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru dan darah jika konsentrasinya sangat padat, oleh karena itu ventilasi kandang dan kontruksi kandang harus diperhatikan. Perputaran udara pada musim kemarau harus ditingkatkan agar udara panas dalam kandang harus segera terganti dengan udara segar yang lebih dingin sedangkan perputaran udara pada musim hujan harus dikurangi sampai pada tingkat untuk tidak menimbulkan adanya kelembaban dan bibit penyakit (Lubis daPaimin, 2001)
Kontruksi kandanyang baik harus bisa menciptakan keamanan dan kenyamanabagayam yang dipelihara (Sudaryani dan Santosa, 2004).
Konstruksi kandang yang menjamin kelangsungan hidup ayam yaitu kandang yang memenuhi aspek kesehatan dan mempunyai daya tahan yang kuat dan lama, sehingga dapat dipakai untuk proses produksi berikutnya (Hartono, 1997).
Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar kandang 12 m maka perlu dilengkapi dengan ridge ventilation. Jika ventilasi kurang baik, amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam, menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan produksi, dan penyakit cacing untuk ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam per hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu sebagai tambahan, tujuannya untuk meningkatkan produksi telur, mempercepat dewasa kelamin, mengurangi sifat mengeram, dan memperlambat molting (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Litter harus selalu dijaga agar tetap kering dan bersih. Litter yang basah dapatmeningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu kotor (Fadilah, 2004).

2.1.3 Pakan

Pakan untuk ayam petelur dibagi menjadi 5, (1) pakan pemula (starter feed) adalah pakan yang diberikan pada ayam umur 0 hari – 6 minggu, (2)pakan grower diberikan pada ayam umur 6 – 8 minggu, (3) pakan developer diberikan ayam pada umur 15 – 18 minggu, dan (5) pakan layer diberikan pada ayam betina yang sedang bertelur. Jangan mengganti sebagian pakan layer dengan pakan yang lain karena hal ini akan menurunkan kemampuan ayam dalam memproduksi telur menu pakan starter, grower, developer, dan layer diformulasikan dan dirancang sebagai satu-satunya pakan untuk makan ayam. Apabila pakan tambahan diberikan, ayam cenderung untuk mengurangi mengkonsumsi pakan komplit sehingga ayam tidak menerima zat gizi yang semestinya. Akibatnya ayam menjadi kekurangan gizi dan tingkat pertumbuhanya atau produksi telurnya menurun.
Table 1. Kebutuhan nutrisi ayam petelur layer
Nutrisi
Jumlah
Energy Metabolism (Kkal/Kg)
2600-2900 Kkal/kg
Protein (%)
15-18 %
Lemak Kasar (%)
2,5-4 %
Serat Kasar (Maks) (%)
7 %
Kalium (5)
3,25-4 %
Phosphor (%)
0,6-0,9 %
Sumber: Malik (2000)
Periode pertumbuhan ayam petelur dapat dibagi menjadi periode grower (umur 1 hari – 8 minggu), developer (umur 8 – 16 minggu), dan pre-lay (umur 17 – 24 minggu). Kebutuhan nutrisi periode grower yaitu 18,6% PK dan 3870 kkal/kg EM. Kebutuhan nutrisi periode developer yaitu 14,9% PK dan 2750 kkal/kg EM. Kebutuhan nutrisi periode pre-lay yaitu 18,0% PK dan 2755 kkal/kg EM  (Al Nasser et al., 2005).
Jika energi pakan saat fase layer terlalu rendah (kurang dari 2600 kkal), konsumsi pakan lebih banyak sehingga FCR meningkat dan efisiensi pakan menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu tinggi akan terjadi penurunan konsumsi (Harms et al., 2000). Kebutuhan PK dan EM pada fase layer tidak sama, tergantung dari umur ayam, produksi telur, dan konsumsi pakan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan.

2.1.4 Reproduksi

Sistem reproduksi ayam betina terdiri dari indung telur (ovarium) dan saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim (oviduk). Oviduk terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina, dan kloaka (Bell dan Weaver, 2002).
Pertumbuhan ovarium sangat cepat pada awal dewasa kelamin. Ovarium mengandung banyak oosit (Appleby et al., 2004). Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa 11 hari sebelum ayam petelur mengeluarkan telur pertamanya, perubahan struktur hormonal terjadi. Follicle Stimulating Hormone (FSH) diproduksi oleh kelenjar otak bagian depan yang menyebabkan ukuran folikel di ovarium membesar. Aktivitas ovarium mulai membangkitkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron. Tingginya kandungan estrogen pada plasma darah menginisiasi perkembangan medullary bone untuk menstimulasi protein kuning telur dan pembentukan lemak pada hati, meningkatkan ukuran oviduk, memungkinkan oviduk untuk memproduksi protein putih telur, membran kerabang telur, kalsium karbonat untuk pembentukan kerabang dan kutikula. Bahan pembuatan kuning telur diproduksi di hati dan diangkut oleh sistem sirkulasi secara langsung untuk membentuk ovarium. Folikel dikelilingi pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak, stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi.
Folikel kecil putih yang belum dewasa lebih rentan terhadap serangan Salmonella daripada folikel kecil yang lebih dewasa dan yang kuning besar. S. enteritidis dan S. typhi memiliki kemampuan yang sama untuk mengkoloni ovarium, tetapi S. enteritidis mempunyai kemampuan khusus untuk berinteraksi dan menyerang folikel sebelum ovulasi (Gantois et al.,2009). Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan, organ reproduksi ayam betina dewasa terdiri dari beberapa bagianseperti dapat dilihat. 
Fungsi dari bagian-bagian saluran reproduksi unggas betina ini berkaitan langsung dengan proses pembentukan telur yang secara ringkas diuraikan sebagai berikut : 1) semenjak anak ayam menetas, terdapat dua organ reproduksi. Selanjutnya yang berkembang dan berfungsi pada umumnya adalah bagian kiri; 2) pada saat unggas betina beumur sekitar 5-6 bulan, organ reproduksi mengalami pematangan, yang kemudian ditandai dengan masak kelamin; 3) sel telur (ovum) diproduksi oleh ovary. Setelah sekitar 9-10 hari, maka ovum tersebut siap diovulasikan. Proses pembesaran dan pematangan ovum ini atas peran dari hormon FSH (Folicle Stimulating Hormon), sedangkan proses ovulasi terjadi karena peran dari hormon LH (Lutheneizing Hormon). Ovulasi adalah proses lepasnya ovum dari ovarium. Ovulasi ini terjadi di daerah stigma, yaitu bagian dari sel telur yang tidak terdapat pembuluh darah; 4) pada saat ovulasi, ovum ditangkap oleh infundibulum. Infundibulum adalah bagian paling atas dari oviduct yang bentuknya seperti corong. Panjang infundibulum 9 cm, dan ovum berada disini sekitar 15-30 menit; 5) dari infundibulum, ovum bergerak secara peristaltik menuju magnum. Panjang magnum sekitar 33 cm dan berada di magnum sekitar 3 jam. Sel-sel pada dinding magnum memproduksi putih telur kental (albumen); 6) selanjutnya bergerak ke isthmus, yang panjangnya sekitar 1 cm dan selama 1,25-1,50 jam berada di isthmus. Dalam isthmus, diberi tambahan dua selaput telur dan garam-garam mineral. Disamping itu juga terjadi plumping fluid, yaitu penambahan air untuk mengencangkan isi telur; 7) penambahan kerabang terjadi di bagian uterus, panjangnya 10-12 cm. Proses pembentukan kerabang antara 18-20 jam. Setelah kerabang telur terbentuk, maka diberi tambahan selaput lilin yang disebut kutikula; 8) selanjutnya telur menuju vagina yang panjangnya sekitar 12 cm dan hanya beberapa saat disini. Di vagina terjadi oviposition, selanjutnya di keluarkan melalui kloaka; 9) sekitar 15-40 menit setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, terjadi ovulasi ovum berikutnya (Bell, 2002).

2.1.5 Penyakit

Ayam merupakan ternak yang rawan terhadap penyakit, dan penyebanya pun bermacam-macam. Faktor kesehatan merupakan faktor yang tak boleh di abaHiikan,berhasil tidaknya usaha peternakan unggas juga dipengaruhi oleh bagaimana penanganan terhadap kesehatan, baik per ekor maupun kelompok. Disini kita akan membahas penyakit ayam yang disebabkan oleh bakteri, virus, protozoa, jamur, dan cacing.

A. Bakteri

 1. C.R.D = Chronic Respiratory Disease
     CRD  merupakan penyakit yang menyerang alat-alat pernafasan kantong-kantong udara dan bersifat kronis. Penyakit ini dikenal juga Avian Respiratory Mycoplasmosis Mycoplasma Infections, Pleuro Pnemonia Like Organisme (PPLO). Penyakit ini menyerang semua umur ayam dan memiliki mortalitas 30 persen dan semakin tinggi apabila komplikasi dengan penyakit lain, seperti ND, IB. 
a. Penyebab penyakit :
-          Kuman Mycoplasma Gallisep-ticum
b. cara penularan penyakit :
-          Kontak langsung dengan ayam sakit
-          Udara
-          Pakaian
-          Pakan dan air minum yang tercemar
-          Telur tetas dari ayam yang menderita CDR
-          Carrier / pembawa penyakit, dll.
c. Gejala penyakit :
-          Hidung keluar lendir berwarna kuning, lekat
-          Batuk disertai suara ngorok yang keras
-          Muka bengkak
-          Nafsu makan menurun
-          Tubuh menjadi kurus kering
-          Produksi telur turun
d. Cara pencegahan :
-          Sanitttasi Kndang, peralatan dan lingkungan
-          Jumlah ayam sesuai dengan kapasitas kadang
-          Pemberian antibiotikan pada tiga hari pertama saat pemeliharaan anak ayam.
e. Cara pengobatan :
-          Tylosin            : 0,5 gram / liter air minum
-          Stireptomycin  : 75 – 100 mg / kg bb, injeksi I . m.
-          Stiramyein       : 10 mg / kg bb
-          Teeracyclin      : 50 mg / kg bb

2.1.6   Produksi ayam petelur

Untuk menghitung produksi telur dikenal istilah hen housed production dan hen day production. Hen housed production merupakan ukuran produksi telur yang didasarkan pada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke dalam kandang (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Hen day production (HDP) dihitung dari jumlah produksi telur hari itu dibagi dengan jumlah ayam produktif hari itu dikalikan 100% (North, 1984; dikutip dalam Kabir dan Haque, 2010). Puncak produksi strain Hy-Line Brown yaitu 27 – 29 minggu dengan kisaran hen day 94–96% (Hy-Line International, 2010). Semakin lama periode bertelur, semakin rendah HDP (Mussawar et al., 2004).

2.1.7   Menejemen pengambilan telur

Pengambilan telur dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu  pukul 11.00 dan pukul 15.00 bila telur sudah berkumpul kemudian diseleksi berdasarkan besar dan keadaanya (Sudaryani dan Santoso, 2002). Produktivitas telur dapat dilihat dari produksi telur dan konversi pakan, produksi telur ayam petelur yang diamati yaitu produksi telur harian ( “ Hen Day Production”). Tujuanya pengukuran produksi telur adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. Produksi telur berhubungan langsung dengn konversi pakan. Hen Day Production setiap strain ayam petelur berbeda-beda. Standar Hen Day Production strai ayam petelur Hisex, Hylene, ISA Brown, Lohmann HD puncak produksi 96persen, 94sampai dengan 96persen, 95persen,  94 persen (Wahyuni, 2008).

2.2. Ayam Pedaging (broiler)

Ayam pedaging/broiller adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004).
Ayam broiler mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1960-an. Pada awal tahun tersebut peternak sudah mulai memelihara ayam broiler namun belum bersifat komersil. Pada tahun 1980-an ayam ini mulai populer dibudidayakan untuk kegiatan bisnis karena memiliki berbagai kelebihan yang tidak ada pada ayam pedaging lain. Pemerintah mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Pada awal mula ayam  broiler mengalami berbagai hambatan karena kalah bersaing dengan ayam kampung yang sedang berkembang pesat. Terjadi persaingan produk antara ayam broiler dan ayam kampung. Namun, dalam perkembangannya ayam broiler dan ayam kampung memiliki segmen pasar yang berbeda sehingga kedua bisnis tersebut berkembang baik. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 2008).
Menurut Murtidjo (2006) ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif muda, serta menghasilkan kualitas daging berserat lunak. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa ayam broiler mempunyai pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak umur satu minggu hingga lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah menunjukkan pertumbuhan bobot badan yang memuaskan, sehingga ayam broiler dapat dijual sebelum umur delapan minggu.
Peternakan ayam broiler mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang sangat pendek yaitu sekitar 30-40 hari. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi para peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Modal yang telah dikeluarkan akan cepat kembali, sehingga keuntungan akan cepat didapatkan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat para peternak untuk terus memproduksi ayam broiler (Direktorat Jenderal Peternakan, 2008).

2.2.1 Bibit

Ayam broiller merupakan hasil perkawinan silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Ciri bibit ayam ras pedaging berkualitas, yaitu : (a) anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) berasal dari induk yang matang umur; (c) anak ayam terlihat aktif, mata cerah dan lincah; (d) anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) bulu cerah, tidak kusam dan penuh; (f) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g) keadaan tubuh ayam normal; dan (h) berat anak ayam sesuai dengan standar strain, biasanya di atas 37 g/ekor. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan morbiditas yang rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang diperoleh akan baik (Rasyaf, 2004).

2.2.2. Kandang

Kandang merupakan unsur penting dalam usaha peternakan ayam. Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi. Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Martono, 1996). Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: bentuk kandang dan kondisi tempat yang tersedia, keadaan tanah yang akan dipergunakan, biaya yang tersedia dan bahannya. Sedangkan fungsi kandang antara lain: untuk berlindung dari panas dan hujan, dan untuk mempermudah tata laksana dan untuk melindungi bahaya atau gangguan dari luar (predator). Fadilah, ( 2004 ) yang menyatakan bahwa jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Litter harus selalu dijaga agar tetap kering dan bersih. Litter yang basah dapat meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu kotor. Kondisi kandang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha ternak ayam broiler. Hal-hal yang harus di perhatikan sebelum pembuatan kandang yaitu:

1.Lokasi kandang

 Kandang yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan ipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain. (Martono, 1996)
Lokasi kandang harus jauh dari pemukiman penduduk karena lingkungan masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam kelancaran usaha peternakan ,hal ini berhubungan dengan izin untuk memdirikan suatu usaha, ketersediaan air di lokasi usaha sangat perlu diperhatikan karena air merupakan kebutuhan mutlak bagi ayam .selain itu juga harus memperhatikanakses jalan, dan jarak tempat pemasaran.
Keuntungan lokasi usaha  dekat dengan tempat pemasaran adalah resiko susutnya berat badan  ayam dan tingkat kematian ayam yang tinggi pada saat distribusi ayam bisa dihindari.selain itu biaya transportasi yang dikeluarkan dan waktu kedatangan di tempat pemasaran bias lebih awal.
Konstruksi kandang
            Menurut Martono (1996) konstruksi kandang yang baik terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
            Atap. Atap kandang diusahakan menggunakan genting, karena tidak mudah menyerap panas yang bisa mengakibatkan temperatur di dalam kandang menjadi tinggi. Kemudian bentuk atap yang biasa digunakanadalah atap muka dua dengan lubang angin (=sistem monitor) dan atap tunggal denga lubang udara (sistem semi monitor).
            Dinding. Dinding kandang biasa dibuat dengan menggunakan bahan bambu, dan atau kawat. Celah celah pada dinding kandang hendaknya tidak dapat diterobos binatang pengganggu maupun predator.
            Ventilasi. Ventilasi disin diusahakan dibuat sebaik mungkin, sehingga akan terjadi perputaran udara di kandang, yaitu udara kotor didalam kandang akan keluar dengan mudah, dan digantikan dengan udara segar dari luar kandang.
            Cahaya matahari. Hal ini juga diusahakan, karena cahaya matahari dapat menghambat pertumbuhan bibit penyakit, dan merupakan provitamin D.

2. Peralatan utama dalam peternakan ayam yaitu:

1.Alat sanitasi dan desinfeksi (Sprayer)
2.Tempat pakan
3.Tempat minum
4.Tirai kandang
5.Termometer
6.Chick guard(pembatas kandang)                                  
7.Tandon air
8.Brooder(pemanas)
Persiapan kandang:
1.         Pencucian kandangeser
            Langkah-langkah pencucian kandang:
1.      Kandang dicuci dengan deterjen dan dibilas sampai bersih.
2.      Semprot dengan formalin 10%
3.      Pengapuran kandang :Gunskan 10 kg kapur hidup 20 kg ammonium sulfat pada    permukaan lantai,
2.     Penaburan Sekam
Sekam yang benar-benar kering ditaburkan secara merata dilantai kandang,alternative  sekam yang bisa diberikan serutan kayu,jerami cincang,kulit padi,kulit kacang,ampas tebu.
3.      Pemasangan tirai
Setelah kandang bersih dan sekam telah ditebar rata,pasang tirai luar dan dalam ,kemudian semprot kembali denga formalin.Kemudian pasang sekat dan masukan peralatan yang telah bersih .2 hari se belum DOC masuk ,tempat pakan dan minum,chik guard dan pemanas sudah harus dipasang,kemudian didesinfeksi kembali dengan formalin 2%.
Tipe Atap Kandang
            Atap kandang merupakan komponen kandang yang penting,karena atap kandang akan melindungiternak dari panas dan hujan.Tipe-tipe kandang menurut Martono  (1996) antara lain:
         Monitor. Tipe monitor yaitu atap kandang yang terdiri dari sisi pada bagian puncaknya.
         Shade. Atap kandang yang hanya memiliki satu sisi dan digunakan pada kandang sempit
         Saw thoth. Atap kandang yang terdiri atas beberapa sisi yang terputus dan membentuk celah sebagai ventilasi.
         Gable. Atap yang terdiri atas duia sisi dan tidak terdapat lubang diatasnya.
            Kemudian kepadatan kandang yang baik (populasi) per meter persegi menurut Martono (1996) adalah seperti tercantum dalam label berikut:



Tabel 1.  Kepadatan kandang pada ayam
Minggu ke-
Jumlah ayam / m2
1
30-50 ekor
2
20-25 ekor
3
10-20 ekor
4
10 ekor
5
8-10 ekor
6
6-8  ekor


2.2.3.Pemeliharaan Ayam Broiler

Sebelum ayam (DOC)di masukan kedalam kandang,dilakukan persiapan kandang dimulai dari persiapan kandang,penaburan sekam,pemasangan tirai,persiapan chick in,setelah DOC dikeluarkan dari box segera berikan air minum yang mengandung ATP  instan seperti air gula kemudian pemberian air minum berikutnya ditambahkan vitamin. Kondisi ayam harus selalu diamati,salah satu kunci keberhasilan pemeliharaan ayam broiler yaitu sesegera mungkin pisahkan bila ada ayam yang dicurigai mempunyai gejala sakit atau stres,bila ada ayam yang terserang pilek,ngorok,bulu acak-acakan,mata berair,kurang bergairah,tubuh kerdil,segara dipisahkan ke kandang khusus.
Persiapan Ternak Broiler
Persiapan yang baik merupakan modal pertama yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan dipelihara. Tersedianya saran yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang, tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat pada kandang (Murtidjo, 1987).
            Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam. Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan harinya, air minum di tambah suplemen (vitamin) (Ginsono, 1986).
Ginsono (1986) menambahkan ransum pakan yang diberikan untuk DOC harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi (ME) 2000-3000 kcal. Manajemen pemeliharaan ayam broiler :

1. Periode Brooding

Tujuannya: menyediakan kondisi yang nyaman dan sehat bagi anak ayam sehinngga pertumbuhannya optimal.
1.  Menyalakan pemanas dan mengatur temperatur di dalam kandang,jika DOC aktif dan     menyebar     berarti tempertur kandang sudah ideal.
2.   Pemberian pakan dan minum  diberikan sesering mungkin,air minum tersedia secara ad-libitum,pakan yang diberikan harus bersih dan segar.
3.   Pengontrolan keadaan sekam,sekam harus dikontrol setiap hari dan dijaga agar sekam selalu dalam keadaan kering.
4.     Pelebaran chick-guard,pelebaran kandang dilakukan sesuai dengan pertumbuhan ayam dan harus diimbangi dengan penambahan tempat pakan dan minum. Tujuan pengaturan kepadatan ayam yaituUntuk memberikan  kondisi pada ayam agar ayam tetap merasa nyaman dan dapat leluasa makan dan minum.
5.   Melakukan seleksi dan culling jika ditemukan ayam yang sakit.
6.    Mengatur ventilasi kandang. Tujuannya:membrikan ketersediaan O2 didalam kandang,mempertahankan mutu udara yang baik bagi brooder,dan mengatursuhu secara efektif Suhu pemeliharaan (Malik,2000):

UMUR(minggu)
Temperatur
Suhu (C)
Suhu( F)
1
35
95
2
32,2
90
3
29,4
85
4
26,6
80
5
21,1
70

2. Periode Growing dan Finishing

a. Sistim pemberian pakan diubah menjadi dua kali sehari,pada daerah panas pakan diberikan pada pagi dan sore hari.ju,lah tempat pakan gantung 1 buah untk 30-35 ekor.Bibir feede tube  sedikit lebih rendah dari tembolok ayam.
b. Sistim pemberian minum dilakukan secara ad-libitum,letak bibir tempat air minum sejajar punggung ayam.
c. Penimbangan sampel berat badan ayam.dilakukan 1 kali seminggu yang bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan tubuh ayam.
d. Kontrol kesehatan dan kondisi ayam terus dilakukan.
e. Manajemen  buka tutup tira dilakukan sesuai dengan kondisi lingkungan.

2.2.4. Pakan

Ransum adalah bahan ransum ternak yang telah diramu dan biasanyaterdiri dari berbagai jenis bahan ransum dengan komposisi tertentu. Pemberian ransum bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjaminproduksi daging agar menguntungkan (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Ransum untuk ayam broiler dibedakan menjadi dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher (Rasyaf, 1993). Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan tempat pakan khusus yang digantung.
Menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan terkadang diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat. Pemberian ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan ransum di dalam saluran pencernaan DOC (Akbar, 2009).

2.2.5. Pertambahan Berat Badan

 Rasyaf (1992), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempngarui pertambahan bobot badan pada unggas yaitu faktor keturunan ,ransum yang diberikan dan fektor penyakit. Bila kualitas ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein, asam amino dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat oleh karena itu semua zat-zat makanan yang digunakan untuk hidup pokoknya dahulu akibatnya pertambahan bobot badanakan terlambat. Rasyaf (1992) juga berpendapat bahwa diakhir minggu pertama hasil penimbangan sudah dilakukan, angka rataan dan ragam baku sudah diketahui kemudian sudah dipersentase ragam yang sudah diketahui.
            Parwanta (2000), berpendapat bahwa tipe yang diberikan pada periode pertumbuhan berbeda dengan tipe pakan yang diberikan untuk periode pemanasan. Periode pertumbuhan ini dibagi menjdai dua fase, yaitu 2,6 sampai 15 minggu (maintenand period). Dan fase 3,16 sampai 25 minggu (preperation for laying period).
 Kanisius (1986), mmenyatakan bahwa pertumbuhan tubuh diiringi dengan terbentuknya karkas yang terdiri dari jaringan utama.Masing-masing adalah jaringan tulang yang membentuk kerangka otot atau urat yang membentuk daging dan lemak. Ketika jaringan tersebut tumbuh sangat teratur dan serasi jaringan yang penting awasl tumbuh adalah tulang kemudian diikuti daging sedangkan lemak paling akhir. Norman (1983), menyatakan bahwa kualitas karkas yang dimasukan akan baik sekitar 70-75% bila jumlah komsumsi ransum yang digunakan berkualitas baik dan bila kondisi ayam tersebut sama sekali terserang penyakit.

2.2.6. Penyakit

Agen penyakit adalah mikroorganisme yang terdapat di dalam lingkungan seperti virus, bakteri, fungi dan parasit baik yang di dalam (endoparasit) maupun yang diluar tubuh ayam (ektoparasit). Adanya penyakit terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agen penyakit, inang (ayam) dan lingkungan. Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam keadaan harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap infeksi mikroorganisme tersebut. Apabila terjadi perubahan yang menyebabkan ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya menguntungkan di sisi mikroorganisme, dan merugikan kondisi hewan ternak yang dipelihara, maka terjadilah penyakit pada ternak dengan derajat yang bervariasi (Upik, 2010).



Tabel 1. Lama hidup agen penyebab penyakit di luar tubuh unggas
Agen Penyakit
Nama penyakit
Lama hidup di luar tubuh unggas
Virus avibirna
Infectious bursal disease/   Gumboro
Beberapa bulan
Eimeria spp
Koksidiosis
Beberapa bulan
Virus duck plague
Duck plague
Beberapa hari
Pasteurella multocida
Kolera ayam
Beberapa minggu
Haemophylis gallinarum
Coryza (Snot)
Beberapa jam-hari
Virus herpes onkogenik
Marek
Beberapa bulan-tahun
Virus paramyxo
ND
Beberapa hari-minggu
Mycoplasma gallisepticum, M. synoviae 
Mikoplasmosis
Beberapa jam-hari
Salmonella spp
Salmonellosis
Beberapa bulan
Histomonas
Histomoniasis
Beberapa bulan
Aspergillus fumigatus
Aspergillosis
Beberapa bulan
Mycobacterium avium
Avian tuberculosis
Beberapa tahun
Jeffrey (1997), Hofstad et al. (1978)

2.2.7. Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit

Vaksinasi adalah preparat yang mengandung mikroorganisme kidup tetapi  non aktif. Bila diberikan pada ternak, tidak akan menimbulakan penyakit, tapi merangsang kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi yang sesuai dengan mikroorganisme ( Yuwono, 1992). Tujuan vaksinasi adalah mengusahakan kekebalan tubuh secara efektif terhadap ayam yang ada untuk jangka waktu tertentu.Agar vaksinasi berhasi dengan baik, dalam melakukan vaksinasi perlu diperhatikan hal – hal berikut : ayam yang divaksin adalah ayam yang sehat saja. Apabila pelaksanaan vaksin melalui air minum, maka tempat minum harus dicuci lebih dahulu tetapi tidak boleh memakai desinfektan, detergent, dan sabun. Air minum yang digunakan untuk bermacam – macam vaksin hendaknya tidak mengandung chloor atau zat –zat lain yang dapat mematikan virus. Oleh karena itu agar vaksinasi ini aman, dianjurkan mamakai air sumur, aquadest, air hujan, tapi jangan memakai air ledeng ( Yuwono, 1992 ).
Unggas yang telah diberi pakan dengan baik dan dikelola dan divaksinasi terhadap penyakit – penyakit lokal terkenal biasanya tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, tetapi jika ada suatu penyakit, unggas – unggas yang sakit harus dipisahkan dari unggas – unggas yang sehat. Tindakan – tindakan kebersihan ( sanitasi ) yang ketat harus dilakukan dalam semua kandang dan seorang petugas dokter hewan atau penyuluh harus diberitahukan dengan segera ( Williamson dan Payne, 1993 ).
Vaksinasi yang dilakukan pada ayam umur 7 hari diberikan vaksinasi NDH (larutan dapar) melalui tetes mata, vaksin GM 97 diberikan pada ayam umur 14 hari dengan cara di campur pada air minum, vaksinasi NDLS pada ayam umur 21 hari diberikan dengan cara mencampur vaksin dengan air minum kemudian didiamkan selama 1 menit lalu dimasukkan ke tempat minum, pada saat divaksin NDLS ayam dipuasakan selama 1 jam pada pukul 08.00 pagi sampai 09.00 pagi, pada ayam pemberian antibiotik diberikan pada ayam umur 1-3 hari dengan cara dicampur air minum lalu dimasukkan ke tempat minum ayam. Pemberian vaksin dilakukan pada pagi hari.

Progam Vaksinasi Ayam Pedaging(Malik,2000)
umur
Jenis obat
Dosis
Keterangan
4 hari
ND Lasota+IB.N 120
1 ds
Tetes Mata
14 hari
Gumboro Aktif ND
1 ds
Air Minum/Cekok
21 hari
Lasota +IB II 120
1 ds
Air Minum/Tetes Mata





2.2.8.  Mortalitas

Mortalitas adalah jumlah ayam yang mati hari itu dibagi jumlah ayam mula-mula kali 100% merupakan nilai mortalitas. Hal ini dapat berasal dari dalam peternakan sendiri seperti penyakit, manahemen yang salah, cuaca dan cekaman panas sedangkan dari luar peternakan seperti racun yang terkandung didalam pakan atau ransum (Rasyaf, 2008). Mortalitas atau tingkat kematian adalah perbandingan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah ayam yang masih hidup . Mortalitas yang tinggi akan menyebabkan kerugian yang besar bagi peternak (Wahyuni, 2008), mortalitas harus diukur secara kuantitatif, standar mortalitas ayam ras petelur untuk kondisi daerah tropis yaitu 4 persen. Mortalitas anak ayam dapat mencapai 68,5 persen, kematian yang sangat tinggi ini dapat tercapai sampai anak ayam berumur 6 minggu yang disebabkan oleh campur tangan pemelihara terhadap pengelolaanya. Hal ini dapat berasal dari dalam peternakan sendiri seperti penyakit, manajemen yang salah, cuaca dan cekaman panas sedangkan dari luar peternakan seperti racun yang terkandung didalam pakan atau ransum (Wahyuni, 2008).  Rumus untuk menghitung mortalitas pada unggas sebagai berikut(http://em-ridho.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-produksi-ternak.html):                 
Mortalitas =     Jumlah ayam yang mati
Jumlah seluruh ayam

2.3. Penetasan Telur

Penetasan adalah usaha manusia untuk menghasilkan anak ayam atau unggas lain dengan berbagai cara pengeraman. Pada prinsipnya penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas sama dengan induk ayam sesungguhnya. Usaha manusia untuk meniru tingkah laku dan apa saja yang dikerjakan oleh induk dari saat mengeram sampai saat menetas.
Penetasan dengan menggunakan mesin tetas mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1.      Mampu melakukan pengeraman telur dalam jumlah besar.
2.      Penetasan dapat dilakukan sewaktu-waktu.
3.      Selama penetasan sudah dapat dipastikan jumlah anak ayam yang akan menetas.
4.      Membantu produktivitas ternak
Disamping itu penggunaan mesin tetas juga memiliki kelemahan antara lain :
a.       Perlu tambahan biaya tambahan untuk bahan bakar
b.      Apabila manajemen jelek akan mengakibatkan daya tetas turun.
c.       Apabila sanitasi kurang baik dapat menularkan penyakit (Abdul Malik, 2010).

2.3.1. Pemilihan Telur

Pemilihan telur tetas sangat penting dalam penetasan karena dengan pemilihan yang baik secara exterior akan membantu menemtukan daya tetas oleh karena itu bentuk fisik dari telur dan hubungan yang nyata dengan daya tetas.
Faktor yang harus diperhatikan dalam memilih telur tetas antara lain:
a.       Asal telur tetas, telur yang ditetaskan berasal dari induk dan pejantan yang telah diseleksi.
b.      Besar dan berat telur, telur tetas harus mempunyai besar dan berat yang sesuai dengan bangsa dan tipe ayamnya.
c.       Indeks telur, telur tetas yang ideal memiliki indeks telur 45%.
d.      Kerabang telur, hendaknya dipilih : relatif kuat, bebas dari keretakan, tekstur halus, tidak terlalu tebal dan tipis, dan warna sesuai dengan ras.
e.       Umur telur yang baik untuk ditetaskan sebaiknya disimpan dahulu 2-7 hari
f.       Kebersihan telur.

2.3.2. Manajemen Penetasan

            Dibawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang harus dijelaskan sebelum dan selama penetasan.

1. Persiapan Mesin Tetas

    bersihkan mesin tetas terlebih dahulu dengan desinfektan(larutan      formalin).
    letakkan mesin tetas disamping itu diusakan jangan sampai terkena sinar matahari dan angin lansung
    1 atau 2 hari sebelum telur dimasukkan atau terlebih dahulu temperatur dan kelembaban sesuai dengan yang diinginksn yaitu 101-130 F dan kelembaban  60-70 %.

2. Persiapan Telur Tetas

Telur yang telah dipilih,sebelum dimasukkan kedalam mesin tetas terlebih dahulu(terutama telur yang kotor) dengan menggosok kapas yang sebelumnya dibasahi dengan alkohol 70% atau formalin 0,8% air hangat 60%.Berikan tanda pada kedua tepi horizontal (A dan B/+ dan -) hal ini memudahkan pemutaran telur.

3. Penetapan Telur Pada Rak

Letakakn telur pada rak telur dengan bagian tumpul atau rongga udara dibagian atas,yang membentuk sudut 30-45 derajat.

4. Pengaturan Ventilasi

Ventilasi pada msein tetas sangat penting diperhatikan agar dalam mesin tetas pergantian udara agar terus berlansung.
    hari pertama ventilasi dalam keadaan tertutup
    hari ke 4 dibuka ½ bagian
    hari ke 5 dibuka 1/3 bagian
    hari ke 6 sampai menetas dibuka seluruhnya

5. Pemutaran Telur

Tiga hari semenjak telur dimasukkan ke dalam mesin tetas harus dilakaukan pemutaran sebanyak3 kalai sehari.Untuk telur ayam pemutaran dilakukan samapai hari ke 1, sedang telur itik samapai ke 25.

6. Peneropongan telur

Selama penetasan peneropongan sebaiknya 3 kalai
    peneropongan pada hari ke 6, yang berfungsi untuk menentukan vertilitas telur dan mengeluarkan telur yang intertilitas untuk dikosumsi kembali.
    peneropongan pada hari ke 13, yang fungsinya untuk melihat kembali  embrio dan mengeluarkan telur yang mati atau kosong.
    peneropongan pada hari ke 17,yang fungsinya untuk melihat embrio yang mati dan harus segera dikeluarkan, agar tidak menimbulkan banyak gas 2  dan amoniak.

7. waktu Penetasan

Setelah mencapai hari ke 20-21 (ayam dan hari ke 27-28 telur itik) telur akan menetas.anak ayam yang keluar dari telur akan segera berlahan –lahan,melalui pemecahan  kerabang hingga mambelah dua. Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas jika bulunya suadah kering.

2.3.3. Alat Tetas

Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat menetas (Sukardi, 1999). Penetasan dengan alat tetas buatan terbagi atas dua cara, yaitu dengan matahari dan sekam serta mesin tetas. Alat – alat ini sederhana, bahkan dapat kita buat sendiri. Dari kedua jenis ini pun terdapat bermacam – macam jenis alat tetas yang prinsip kerjanya sama, karena umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas matahari maupun panas listrik ataulampu teplok (Paimin, 2000).

2.3.4.  Faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan

Beberapa faktor yang sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus selama proses penetasan berlangsung adalah :
1.      Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari energi listrik dan sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar, maka selama proses penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak terputus, kalau lampu pijar terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus mampu menghantarkan panas yang dibutuhkan untuk penetasan yakni 101ºF (38,5ºC), untuk menjaga kestabilan suhu digunakan alat yang namanya termoregulator.
2.      Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan kelembaban didalam ruangan mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin selama proses penetasan berlangsung tidak boleh kering. Kelembaban yang dibutuhkan pada penetasan umur 1 hari – 25 hari adalah yang ideal antara 60% - 70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu 75%.
3. Operator, adalah orang yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator selama penetasan adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu yang ditentukan.
b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin tetas.
c. Mengatur ventilasi mesin tetas.
d. Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
e. Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
f. Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.
4.  Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk memberikan panas secara merata pada permukaan telur, Selain itu untuk mencegah agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur dilakukan dengan mengubah posisi telur dari kiri ke kanan atau sebaliknya, untuk telur dengan posisi mendatar yang bawah diputar menjadi diatas, apabila telur diberdirikan bagian yang tumpul harus diatas.
5. Peneropongan, dilakukan karena untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio secara dini. Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali selama penetasan berlangsung yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25 ( Gatot, 2009).



 III.Profil perusahaan

III.1. sejarah berdiri

PT Wonokoyo bersama dengan berbagai unit usahanya bersatu menjadi Wonokoyo Group merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Industri Perunggasan Terpadu.
Didirikan pada tahun 1983 di Desa Wonokoyo, Pasuruan, Jawa Timur sebagai perusahaan pembibitan anak ayam (Breeding Farm). Dalam waktu relatif singkat Wonokoyo Group berhasil memposisikan diri sebagai pelaku bisnis perunggasan papan atas yang sangat diperhitungkan dan disegani di Indonesia.

III.2 . Strategi Perusahaan

  • Memperkokoh Organisasi Perusahaan dan SDM
  • Menerapkan Manajemen Farm yang Profesional
  • Menjaga Mutu Produk
  • Research & Development
  • Memprioritaskan Pelayanan Pelanggan
§  Menjadi Pemimpin Pasar dan Perusahaan Perunggasan Terpadu yang Terbaik di Indonesia
§  Terus Menerus Meningkatkan Mutu, Produktivitas dan Pelayanan untuk Memuaskan Pelanggan dan Memberikan Manfaat kepada Karyawan, Pemasok dan Pemegang Saham

III.3.produk

Produk utama adalah pakan ternak, yang mana diproduksi oleh fasilitas produksi perusahaan dan anak perusahaan. Bentuk dari pakan ternak yang diproduksi oleh Perseroan dapat berupa concentrate (konsentrat), mash (tepung), pellet (butiran) atau crumble (butiran halus).
Pakan Ternak Pedaging Pakan ternak ini memiliki 3 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Pakan Ternak Petelur Pakan ternak ini memiliki 4 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Produk yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada penjualan adalah Day Old Chicks ("DOC") atau anak ayam usia sehari komersial. DOC diproduksi oleh beberapa fasilitas pembibitan milik anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
DOC Ayam Pedaging (Broiler)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam Petelur (Layer)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
Daging ayam didapatkan dari ayam ternak yaitu unggas yang paling banyak diternak di dunia. Daging ayam selalu dihidangkan sebagai makanan dalam berbagai cara. Ayam mentah dapat dibekukan sehingga dua bulan tanpa perubahan wujud dengan rasa atau tekstur. Daging ayam biasanya dimasak sebelum dimakan karena daging ayam mentah mengandung salmonella.
SOSIS
Sosis adalah salah satu produk olahan daging yang sekarang mulai populer di masyarakat, terutama anak-anak. Pengolahan sosis ini pada awalnya dikembangkan oleh negara empat musim, yang bertujuan untuk mengawetkan, sehingga mereka tidak kekurangan daging selama musim dingin.
NUGGET
Nugget adalah makanan yang cukup populer. Makanan ini sangat praktis, diawetkan dengan cara beku, nugget menjadi alternatif lauk dan camilan sehari-hari.





VI. Hasil dan pembahasan

VI.1.Hasil

Produk yang dihasilkan  berupa Pakan Ternak Pedaging, Pakan Ternak Petelur, DOC Ayam Pedaging (Broiler), DOC Ayam Petelur (Layer),daging ayam broiler, telurayam petelur, SOSIS, NUGGET

VI.2.pembahasan

Produk utama adalah pakan ternak, yang mana diproduksi oleh fasilitas produksi perusahaan dan anak perusahaan. Bentuk dari pakan ternak yang diproduksi oleh Perseroan dapat berupa concentrate (konsentrat), mash (tepung), pellet (butiran) atau crumble (butiran halus).
Pakan Ternak Pedaging
Pakan ternak ini memiliki 3 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Pakan Ternak Petelur
Pakan ternak ini memiliki 4 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Produk yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada penjualan adalah Day Old Chicks ("DOC") atau anak ayam usia sehari komersial. DOC diproduksi oleh beberapa fasilitas pembibitan milik anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
DOC Ayam Pedaging (Broiler)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam Petelur (Layer)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
Daging ayam didapatkan dari ayam ternak yaitu unggas yang paling banyak diternak di dunia. Daging ayam selalu dihidangkan sebagai makanan dalam berbagai cara. Ayam mentah dapat dibekukan sehingga dua bulan tanpa perubahan wujud dengan rasa atau tekstur. Daging ayam biasanya dimasak sebelum dimakan karena daging ayam mentah mengandung salmonella. Ayam yang dihasilkan dapat dipanen umur 25 hari dengan berat rata rata 2 kg per ekor
SOSIS,  sosis adalah salah satu produk olahan daging yang sekarang mulai populer di masyarakat, terutama anak-anak. Pengolahan sosis ini pada awalnya dikembangkan oleh negara empat musim, yang bertujuan untuk mengawetkan, sehingga mereka tidak kekurangan daging selama musim dingin.
NUGGET, nugget adalah makanan yang cukup populer. Makanan ini sangat praktis, diawetkan dengan cara beku, nugget menjadi alternatif lauk dan camilan sehari-hari.
Dengan adanya penambahan enzim dalam formulasi ransumyang diberikan pada ayam petelur,Telur yang dihasilkan  banyak mengandung omega 3, dan banyak mengandung nutrisi yang tinggi. Pembuktian dilakukan dengan melihat secara langsung albumin yang terdapat di telur tersebut tidak mudah  pecah, selain itu warna yolk nya terlihat sangat cerah yang menandakan kualitas telurnya bagus. Telur tersebut juga memiliki daya simpan yag tinggi sehingga  pemasarannya dipioritaskan  keluar pulau jawa. Ayam yang  dipeliharapun umur produksinya dapat melebihi umur  normal  produksi ayam pada umumnya yaitu mencapai  2 tahun.



 V. Penutup

 Kesimpulan

Produk utama dari Pt.wonokoyo corp  adalah pakan ternak, yang mana diproduksi oleh fasilitas produksi perusahaan dan anak perusahaan. Bentuk dari pakan ternak yang diproduksi oleh Perseroan dapat berupa concentrate (konsentrat), mash (tepung), pellet (butiran) atau crumble (butiran halus).  Pakan trnak tersebut diperuntukkan  untuk ternak petelur dan broiler.
Selain itu Produk yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada penjualan adalah Day Old Chicks ("DOC") atau anak ayam usia sehari komersial. DOC diproduksi oleh beberapa fasilitas pembibitan milik anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan adanya penambahan enzim dalam formulasi ransumyang diberikan pada ayam petelur,Telur yang dihasilkan  banyak mengandung omega 3, dan banyak mengandung nutrisi yang tinggi. Pembuktian dilakukan dengan melihat secara langsung albumin yang terdapat di telur tersebut tidak mudah  pecah, selain itu warna yolk nya terlihat sangat cerah yang menandakan kualitas telurnya bagus. Telur tersebut juga memiliki daya simpan yag tinggi sehingga  pemasarannya dipioritaskan  keluar pulau jawa. Ayam yang  dipeliharapun umur produksinya dapat melebihi umur  normal  produksi ayam pada umumnya yaitu mencapai  2 tahun.

Saran

Pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukn lebih dri sehari agar informasi yang diperoleh lebih banyak dan beragam sehingga dapat dimanfaatkan  dan diaplikasikan . 
Pengamatan  seharusnya dilakukan dengan seksama agar tidak ada satupun informasi yang terlewatkan .
Peran aktif  mahasiswa harus ditingkatkan lagi.
Mahasiswa  seharusnya lebih memperhatikan  materi yang didapatkan di lapangan langsung , agar dapat memahami dan mengaplikasikannya.

Daftar pustaka




Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit Universitas Indonesia (UO-Press). Jakarta.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor.
Boa-Amponsem, K., E. A. Dunnington and P. B Siegal. 1991. Genotype, Feeding Regimen and Diet Interaction in Meat Chicken. I. Growth, Organ Size and Feed Utilization. Poultry Sci. 70 : 680-688.
Darminto.1995. Vaksinasi Penyakit Tetelo Secara Kontak pada Ayam Buras: Perbandingan Analisis antara Kondisi Laboraturium dan Lapangan.Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner: 1(2):105-113.



Lampiran

1.1.gambar ayam  broiler

1.2. ayam petelur


1.3. pakan
                               
                      

1.4.penetasan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar