LAPORAN MANAJEMEN TERNAK UNGGAS
Oleh :
Budiono
NPM : E1C012052
Jurusan peternakan
Fakultas pertanian
Universitas Bengkulu
2014
Daftar isi
Kata pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
karunia dan hidayahNya sehingga kami masih dapat menyelesaikan laporan Manajemen Ternak Unggas ini tanpa hambatan
sedikitpun.ucapan terima kasih kepada pimpinan Pt.Wonokoyo corp yang telah
memberikan kami kesempatan untuk melakukan praktikum di salah satu petani
binaannya. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman teman yang telah membantu dalam mensukseskan pelaksanaan
pengamatan di pt .wonokoyo corp,
dan juga penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mau membantu
dan berperan
dalam mensukseskan praktikum guna menyelesaikan laporan semester ini.
Dalam
laporan ini membahas tentang menejemen pemeliharaan ayam broiler, penetasan
telur , dan manajemen ayam petelur. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dan dapat memperbaiki laporan ini dengan sebaik-baiknya.
.
Bengkulu , 09 Juni
2014
Penulis
I.Pendahuluan
1.1.Latar belakang
Sub sektor peternakan merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pembangunan sektor pertanian-peternakan yang diutamakan
untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi. Kesadaran akan pentingnya kebutuhan
pangan yang benilai gizi tinggi merupakan salah satu indikator dalam mewujudkan
kesejahteraan masyarakat yang dapat dipenuhi dari protein hewani seperti
daging, telur dan susu. Semakin meningkatnya jumlah penduduk, tingkat
pendapatan dan pendidikan masyarakat akan menyebabkan meningkatnya permintaan
akan produk hewani, sehingga perlu adanya peningkatan produksi untuk memenuhi
permintaan tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka pengadaan produk peternakan
bagi kebutuhan masyarakat maka diperlukan pembangunan dibidang peternakan yang
lebih cepat menghasilkan produk. Salah satu komoditas ternak yang cukup
potensial dalam mencapai tujuan tersebut adalah sector perunggasan dalam hal ini adalah ayam pedaging
dan petelur.
Saat ini ayam masih merupakan komoditi
peternakan yang cukup cepat diproduksi untuk kebutuhan pasar dibandingkan
dengan produk ternak lainnya. Ayam pedaging dan petelur masih menjadi trend
dalam pemenuhan kebutuhan protein nabati di Indonesia ini walau saat ini
pemerintah sedang gencar sosialisasi dan kampanye program swasembada daging
sapi. Padahal Ayam ras pedaging memiliki kontribusi 68,1 persen terhadap total
produksi daging nasional yang besarnya 1.203 ribu ton (Ditjennak, 2004). Fakta
ini merefleksikan tingginya tingkat partisipasi pengusahaan oleh peternak.
Secara kuantitatif terdapat sekitar 75.000 peternak komersial skala kecil
yang berperan dan menguasai sekitar 65% dari produksi unggas nasional.
Pengembangan sektor perunggasan tidak bisa di
pandang sebelah mata karena terbukti mampu memenuhi kebutuhan daging dengan
presentase diatas. Sehingga saat ini banyak sekali yang perlu dipelajari
mengenai manajemen yang baik unutk mendapatkan hasil produksi yang maksimal
sehingga bisa turut andil dalam pemenuhan kebutuhan daging nasional.
Sampai saat ini perkembangan ilmu peternakan
ayam pedaging dan petelur terus berkembang dan mengarah ke produksi yang sangat
berbeda dengan tahun tahun yang lalu. Perkembangan teknologi dan tuntutan zaman
yang semakin kompetitif mengharuskan para peternak memeras potensi untuk
menghasilkan ternak dengan hasil yang tinggi dan biaya produksi yang
serendah-rendahnya di dukung dengan peternakan yang mengarah pada Integrated
Farming sehingga tercapai peternakan yang Zero Waste. Dengan
memperhatikan faktor lingkungan dan faktor-faktor yang lainnya. Peternakan
menjadi salah satu penyebab global warming karena gas metan yang berasal dari
feses ataupun dari alat-alat peternakan. Walaupun sektor peternakan menjadi
komoditas penting dalam pemenuhan protein hewani disisi lain sektor peternakan
menjadi penyumbang dalam kenaikan Global Warming yang saat ini
bukan istilah yang aneh bagi masyarakat. Hal inilah yang perlu di perhatikan
dan dicari solusi yang dapat mengatasi permasalahan tersebut. Sehingga mampu
menciptakan peternakan yang ramah lingkungan yang sehat dan menyehatkan.
I.2. tujuan
Tujuan dari praktikum Manajemen Ternak Unggas adalah agar
praktikan terampil dalam menerapkan manajemen dan mempelajari tata laksana
pemeliharaan ayam broiler.
1.2.Metode pengamatan
Praktikum dilakukan dengan mengamati langsung peternakan
ayam broiler dan ayam petelur yang dikelola oleh peternak dari kemitraan
Pt.wonokoyo corp.
II.Tinjauan pustaka
2.1 Ayam Petelur
Ayam ras adalah jenis ayam dari luar
negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan karena telah
mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe, yaitu tipe
pedaging dan tipe petelur. Ayam tipe petelur memiliki karakteristik
bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping,
cuping telinga berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur
tinggi (200 butir/ekor/tahun) efisiensi dalam penggunaan ransum untuk membentuk
telur dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna.,2008).
2.1.1 Bibit
Pemilihan bibit dapat dilakukan dengan
memilih calon indukan yang sejenis, yaitu bentuk badan seragam, besar kecilnya
seukuran dan umurnya tidak terpaut jauh. Sebaiknya calon induk telah berumur
paling tidak 7 bulan. Calon bibit tersebut sebaiknya secara turun temurun
memiliki sifat-sifat pembawaan yang baik dan sehat, tidak terdapat bagian tubuh
yang cacat, berasal dari kelompok atau kawanan ayam yang terpilih, pertumbuhan
badannya baik dan hasil telurnya banyak (Suharyanto, 2009).
2.1.2 Kandang
Kandang adalah suatu bangunan yang digunakan
oleh unggas sebagai tempat tinggal sejak awal pertumbuhan sampai masa produksi.
Oleh karena itu kandang yang disediakan harus bisa menjamin kenyamanan dan kesehatan
bagi penghuninya, sehingga unggas mampu berproduksi secara maksimal. Dalam
pembuatan kandang harus memperhatukan karaktaristik biologis unggas, sehingga
kandang yang tersedia nantinya tidak menimbulkan cekaman bagi unggas tapi bisa
memberikan kenikmatan berproduksi. Dengan demikian kandang unggas dikatakan
baik adalah suatu bangunan yang memenuhi karaktaristik biologis unggas,
sehingga unggas mampu broroduksi sesuai dengan potensi genetikanya (Malik,
2001)
Kandang merupakan salah satu sarana yang terpenting
untuk terselenggaranya peternakan secara intensif, disamping sarana-sarana lain
yang mendukung. Berdasarkan tingkat umur ayam ad tiga macam kandang yang perlu
diketahui yaitu kandang pembibitan, kandang pembesaran ayam dan kandang ayam
dewasa yang sudah berproduksi yaitu kandang postal, kandang rend an kandang
system batteray (Priyatno, 2002).
Pada peternakan modern kandang dibangun
dengan system praktis dan tidak mengunakan tempat terlalu luas tetapi dapat
berdayaguna semaksial mungkin, kandang ddibuat sesuai dengan selera
masing-masing dengan memperhatikan tempat tinggal dan lokasi yang tersedia
(Malik, 2006). Mengingat peranan kandang sebagai sarana produksi usaha ternak
ayam sangat penting, maka kandang harus dipersiapkan dengan baik sehigga kendang
tersebut benar-benar siap huni (Ginting, 2006).
Udara dalam kandang banyak mengandung CO2 dan gas Amoniak yang berasal dari
hasil sekresi, seperti feses. Gas tersebut dapat
menyebabkan
kerusakan permanen pada
paru-paru dan darah jika
konsentrasinya sangat padat, oleh karena
itu ventilasi kandang dan kontruksi kandang harus diperhatikan. Perputaran udara pada musim kemarau harus
ditingkatkan agar udara panas dalam kandang harus segera terganti dengan udara segar yang lebih dingin sedangkan perputaran udara pada musim hujan harus dikurangi sampai pada
tingkat untuk tidak menimbulkan adanya kelembaban dan bibit penyakit (Lubis dan Paimin, 2001)
Kontruksi kandang yang baik harus bisa menciptakan keamanan dan kenyamanan bagi ayam yang dipelihara (Sudaryani dan Santosa,
2004).
Konstruksi kandang yang
menjamin kelangsungan hidup ayam yaitu
kandang yang
memenuhi aspek kesehatan dan mempunyai daya tahan yang kuat dan lama, sehingga
dapat dipakai untuk proses
produksi berikutnya
(Hartono, 1997).
Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur
saat fase layer sebaiknya sekitar 8 m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar
kandang 12 m maka perlu dilengkapi dengan ridge ventilation. Jika
ventilasi kurang baik, amoniak dari ekskreta akan mejadi racun bagi ayam,
menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan produksi, dan penyakit cacing untuk
ayam yang dipelihara di kandang litter. Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam per
hari, yaitu kombinasi antara cahaya matahari dan cahaya lampu sebagai tambahan,
tujuannya untuk meningkatkan produksi telur, mempercepat dewasa kelamin,
mengurangi sifat mengeram, dan memperlambat molting (Kartasudjana
dan Suprijatna, 2006).
Jenis litter yang sering digunakan adalah
sekam dan serbuk gergaji. Litter harus selalu dijaga agar tetap kering dan
bersih. Litter yang basah dapatmeningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat
berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu kotor (Fadilah, 2004).
2.1.3 Pakan
Pakan untuk ayam petelur dibagi menjadi 5,
(1) pakan pemula (starter feed) adalah pakan yang diberikan pada ayam umur 0
hari – 6 minggu, (2)pakan grower diberikan pada ayam umur 6 – 8 minggu, (3)
pakan developer diberikan ayam pada umur 15 – 18 minggu, dan (5) pakan layer
diberikan pada ayam betina yang sedang bertelur. Jangan mengganti sebagian pakan
layer dengan pakan yang lain karena hal ini akan menurunkan kemampuan ayam
dalam memproduksi telur menu pakan starter, grower, developer, dan layer
diformulasikan dan dirancang sebagai satu-satunya pakan untuk makan ayam.
Apabila pakan tambahan diberikan, ayam cenderung untuk mengurangi mengkonsumsi
pakan komplit sehingga ayam tidak menerima zat gizi yang semestinya. Akibatnya
ayam menjadi kekurangan gizi dan tingkat pertumbuhanya atau produksi telurnya
menurun.
Table 1. Kebutuhan nutrisi ayam
petelur layer
Nutrisi
|
Jumlah
|
Energy Metabolism (Kkal/Kg)
|
2600-2900 Kkal/kg
|
Protein (%)
|
15-18 %
|
Lemak Kasar (%)
|
2,5-4 %
|
Serat Kasar (Maks) (%)
|
7 %
|
Kalium (5)
|
3,25-4 %
|
Phosphor (%)
|
0,6-0,9 %
|
Sumber: Malik (2000)
Periode pertumbuhan ayam petelur dapat dibagi
menjadi periode grower (umur 1 hari – 8 minggu), developer (umur
8 – 16 minggu), dan pre-lay (umur 17 – 24 minggu). Kebutuhan
nutrisi periode grower yaitu 18,6% PK dan 3870 kkal/kg EM. Kebutuhan nutrisi
periode developer yaitu 14,9% PK dan 2750 kkal/kg EM. Kebutuhan nutrisi periode
pre-lay yaitu 18,0% PK dan 2755 kkal/kg EM (Al Nasser et al.,
2005).
Jika energi pakan saat fase layer terlalu
rendah (kurang dari 2600 kkal), konsumsi pakan lebih banyak sehingga FCR
meningkat dan efisiensi pakan menurun. Sebaliknya jika energi pakan terlalu
tinggi akan terjadi penurunan konsumsi (Harms et al., 2000).
Kebutuhan PK dan EM pada fase layer tidak sama, tergantung dari umur ayam,
produksi telur, dan konsumsi pakan. Hal yang perlu diperhatikan yaitu makin
sedikit jumlah pakan yang dikonsumsi, kandungan PK dan EM harus ditingkatkan.
2.1.4 Reproduksi
Sistem reproduksi ayam betina terdiri dari
indung telur (ovarium) dan saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim
(oviduk). Oviduk terdiri dari infundibulum, magnum, isthmus, uterus, vagina,
dan kloaka (Bell dan Weaver, 2002).
Pertumbuhan ovarium sangat cepat pada awal
dewasa kelamin. Ovarium mengandung banyak oosit (Appleby et al.,
2004). Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa 11 hari sebelum ayam petelur
mengeluarkan telur pertamanya, perubahan struktur hormonal terjadi. Follicle
Stimulating Hormone (FSH) diproduksi oleh kelenjar otak bagian depan
yang menyebabkan ukuran folikel di ovarium membesar. Aktivitas ovarium mulai
membangkitkan hormon estrogen, progesteron, dan testosteron. Tingginya
kandungan estrogen pada plasma darah menginisiasi perkembangan medullary
bone untuk menstimulasi protein kuning telur dan pembentukan lemak
pada hati, meningkatkan ukuran oviduk, memungkinkan oviduk untuk memproduksi
protein putih telur, membran kerabang telur, kalsium karbonat untuk pembentukan
kerabang dan kutikula. Bahan pembuatan kuning telur diproduksi di hati dan
diangkut oleh sistem sirkulasi secara langsung untuk membentuk ovarium. Folikel
dikelilingi pembuluh darah, kecuali pada bagian stigma. Apabila ovum masak,
stigma akan robek sehingga terjadi ovulasi.
Folikel kecil putih yang belum dewasa lebih
rentan terhadap serangan Salmonella daripada folikel kecil
yang lebih dewasa dan yang kuning besar. S. enteritidis dan S.
typhi memiliki kemampuan yang sama untuk mengkoloni ovarium,
tetapi S. enteritidis mempunyai kemampuan khusus untuk
berinteraksi dan menyerang folikel sebelum ovulasi (Gantois et al.,2009).
Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan, organ reproduksi ayam betina dewasa
terdiri dari beberapa bagianseperti dapat dilihat.
Fungsi dari bagian-bagian saluran reproduksi
unggas betina ini berkaitan langsung dengan proses pembentukan telur yang
secara ringkas diuraikan sebagai berikut : 1) semenjak anak ayam menetas, terdapat
dua organ reproduksi. Selanjutnya yang berkembang dan berfungsi pada umumnya
adalah bagian kiri; 2) pada saat unggas betina beumur sekitar 5-6 bulan, organ
reproduksi mengalami pematangan, yang kemudian ditandai dengan masak kelamin;
3) sel telur (ovum) diproduksi oleh ovary. Setelah sekitar 9-10 hari, maka ovum
tersebut siap diovulasikan. Proses pembesaran dan pematangan ovum ini atas
peran dari hormon FSH (Folicle Stimulating Hormon), sedangkan proses ovulasi
terjadi karena peran dari hormon LH (Lutheneizing Hormon). Ovulasi adalah
proses lepasnya ovum dari ovarium. Ovulasi ini terjadi di daerah stigma, yaitu
bagian dari sel telur yang tidak terdapat pembuluh darah; 4) pada saat ovulasi,
ovum ditangkap oleh infundibulum. Infundibulum adalah bagian paling atas dari
oviduct yang bentuknya seperti corong. Panjang infundibulum 9 cm, dan ovum
berada disini sekitar 15-30 menit; 5) dari infundibulum, ovum bergerak secara
peristaltik menuju magnum. Panjang magnum sekitar 33 cm dan berada di magnum
sekitar 3 jam. Sel-sel pada dinding magnum memproduksi putih telur kental
(albumen); 6) selanjutnya bergerak ke isthmus, yang panjangnya sekitar 1 cm dan
selama 1,25-1,50 jam berada di isthmus. Dalam isthmus, diberi tambahan dua
selaput telur dan garam-garam mineral. Disamping itu juga terjadi plumping
fluid, yaitu penambahan air untuk mengencangkan isi telur; 7) penambahan
kerabang terjadi di bagian uterus, panjangnya 10-12 cm. Proses pembentukan
kerabang antara 18-20 jam. Setelah kerabang telur terbentuk, maka diberi
tambahan selaput lilin yang disebut kutikula; 8) selanjutnya telur menuju
vagina yang panjangnya sekitar 12 cm dan hanya beberapa saat disini. Di vagina
terjadi oviposition, selanjutnya di keluarkan melalui kloaka; 9)
sekitar 15-40 menit setelah telur dikeluarkan dari tubuh induk, terjadi ovulasi
ovum berikutnya (Bell, 2002).
2.1.5 Penyakit
Ayam merupakan ternak yang rawan terhadap
penyakit, dan penyebanya pun bermacam-macam. Faktor kesehatan merupakan faktor
yang tak boleh di abaHiikan,berhasil tidaknya usaha peternakan
unggas juga dipengaruhi oleh bagaimana penanganan terhadap kesehatan, baik per
ekor maupun kelompok. Disini kita akan membahas penyakit ayam yang disebabkan
oleh bakteri, virus, protozoa, jamur, dan cacing.
A. Bakteri
1. C.R.D = Chronic Respiratory Disease
CRD
merupakan penyakit yang menyerang alat-alat pernafasan kantong-kantong
udara dan bersifat kronis. Penyakit ini dikenal juga Avian Respiratory
Mycoplasmosis Mycoplasma Infections, Pleuro Pnemonia Like Organisme (PPLO).
Penyakit ini menyerang semua umur ayam dan memiliki mortalitas 30 persen dan
semakin tinggi apabila komplikasi dengan penyakit lain, seperti ND, IB.
a. Penyebab penyakit :
- Kuman
Mycoplasma Gallisep-ticum
b. cara penularan penyakit :
- Kontak
langsung dengan ayam sakit
- Udara
- Pakaian
- Pakan
dan air minum yang tercemar
- Telur
tetas dari ayam yang menderita CDR
- Carrier
/ pembawa penyakit, dll.
c. Gejala penyakit :
- Hidung
keluar lendir berwarna kuning, lekat
- Batuk
disertai suara ngorok yang keras
- Muka
bengkak
- Nafsu
makan menurun
- Tubuh
menjadi kurus kering
- Produksi
telur turun
d. Cara pencegahan :
- Sanitttasi
Kndang, peralatan dan lingkungan
- Jumlah
ayam sesuai dengan kapasitas kadang
- Pemberian
antibiotikan pada tiga hari pertama saat pemeliharaan anak ayam.
e. Cara pengobatan :
- Tylosin
: 0,5 gram / liter air minum
- Stireptomycin
: 75 – 100 mg / kg bb, injeksi I . m.
- Stiramyein
: 10 mg / kg bb
- Teeracyclin
: 50 mg / kg bb
2.1.6 Produksi ayam petelur
Untuk menghitung produksi telur dikenal
istilah hen housed production dan hen day production.
Hen housed production merupakan ukuran produksi telur yang didasarkan
pada jumlah ayam mula-mula yang dimasukkan ke dalam kandang (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006). Hen day production (HDP)
dihitung dari jumlah produksi telur hari itu dibagi dengan jumlah ayam
produktif hari itu dikalikan 100% (North, 1984; dikutip dalam Kabir dan Haque,
2010). Puncak produksi strain Hy-Line Brown yaitu 27 – 29 minggu dengan
kisaran hen day 94–96% (Hy-Line International, 2010). Semakin
lama periode bertelur, semakin rendah HDP (Mussawar et al., 2004).
2.1.7 Menejemen pengambilan telur
Pengambilan telur dilakukan sebanyak dua kali
sehari yaitu pukul 11.00 dan pukul 15.00 bila telur sudah berkumpul
kemudian diseleksi berdasarkan besar dan keadaanya (Sudaryani dan Santoso,
2002). Produktivitas telur dapat dilihat dari produksi telur dan konversi
pakan, produksi telur ayam petelur yang diamati yaitu produksi telur harian (
“ Hen Day Production”). Tujuanya pengukuran produksi telur
adalah untuk mengetahui jumlah telur yang dihasilkan oleh sekelompok ayam pada
umur tertentu. Produksi telur berhubungan langsung dengn konversi pakan. Hen
Day Production setiap strain ayam petelur berbeda-beda. Standar Hen
Day Production strai ayam petelur Hisex, Hylene, ISA Brown, Lohmann HD
puncak produksi 96persen, 94sampai dengan 96persen, 95persen, 94 persen
(Wahyuni, 2008).
2.2. Ayam Pedaging (broiler)
Ayam pedaging/broiller adalah jenis ternak
bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh
manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging
(Yuwanta, 2004).
Ayam broiler mulai masuk ke Indonesia pada
tahun 1960-an. Pada awal tahun tersebut peternak sudah mulai memelihara ayam
broiler namun belum bersifat komersil. Pada tahun 1980-an ayam ini mulai
populer dibudidayakan untuk kegiatan bisnis karena memiliki berbagai kelebihan
yang tidak ada pada ayam pedaging lain. Pemerintah mencanangkan panggalakan
konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Pada
awal mula ayam broiler mengalami berbagai hambatan karena kalah bersaing
dengan ayam kampung yang sedang berkembang pesat. Terjadi persaingan produk
antara ayam broiler dan ayam kampung. Namun, dalam perkembangannya ayam broiler
dan ayam kampung memiliki segmen pasar yang berbeda sehingga kedua bisnis
tersebut berkembang baik. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang
bermunculan diberbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 2008).
Menurut Murtidjo (2006) ayam broiler adalah
istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat
ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi
pakan irit, siap dipotong pada umur relatif muda, serta menghasilkan kualitas
daging berserat lunak. Rasyaf (2004) menyatakan bahwa ayam broiler mempunyai
pertumbuhan yang cepat serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging
yang baik dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak umur
satu minggu hingga lima minggu. Pada saat berumur tiga minggu ternak sudah
menunjukkan pertumbuhan bobot badan yang memuaskan, sehingga ayam broiler dapat
dijual sebelum umur delapan minggu.
Peternakan ayam broiler mempunyai banyak
kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang sangat pendek yaitu
sekitar 30-40 hari. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik
bagi para peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Modal yang
telah dikeluarkan akan cepat kembali, sehingga keuntungan akan cepat
didapatkan. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap minat para peternak untuk
terus memproduksi ayam broiler (Direktorat Jenderal Peternakan, 2008).
2.2.1 Bibit
Ayam broiller merupakan hasil perkawinan
silang dan sistem yang berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan
baik. Mutu genetik yang baik akan muncul secara maksimal sebagai penampilan
produksi jika ternak tersebut diberi faktor lingkungan yang mendukung, misalnya
pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta perawatan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Ciri bibit ayam ras pedaging berkualitas,
yaitu : (a) anak ayam yang sehat dan bebas dari penyakit; (b) berasal dari
induk yang matang umur; (c) anak ayam terlihat aktif, mata cerah dan lincah; (d)
anak ayam memiliki kekebalan dari induk yang tinggi; (e) bulu cerah, tidak
kusam dan penuh; (f) anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih; (g)
keadaan tubuh ayam normal; dan (h) berat anak ayam sesuai dengan standar strain,
biasanya di atas 37 g/ekor. Adapun keuntungan yang diperoleh apabila bibit yang
digunakan berkualitas baik adalah tingkat mortalitas dan morbiditas yang
rendah, lebih mudah dikelola, menghemat biaya pengobatan, dan keuntungan yang
diperoleh akan baik (Rasyaf, 2004).
2.2.2. Kandang
Kandang merupakan unsur penting dalam usaha
peternakan ayam. Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa berproduksi.
Pada prinsipnya, kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya
pembuatan murah, dan memenuhi persyaratan teknis (Martono, 1996). Hal yang
perlu diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah: bentuk kandang dan kondisi
tempat yang tersedia, keadaan tanah yang akan dipergunakan, biaya yang tersedia
dan bahannya. Sedangkan fungsi kandang antara lain: untuk berlindung dari panas
dan hujan, dan untuk mempermudah tata laksana dan untuk melindungi bahaya atau
gangguan dari luar (predator). Fadilah, ( 2004 ) yang
menyatakan bahwa jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk
gergaji. Litter harus selalu dijaga agar tetap kering dan bersih. Litter yang
basah dapat meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak
berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu kotor. Kondisi
kandang sangat mempengaruhi keberhasilan usaha ternak ayam broiler. Hal-hal
yang harus di perhatikan sebelum pembuatan kandang yaitu:
1.Lokasi kandang
Kandang
yang baik yang sesuai untuk peternakan ayam harus terletak di lokasi yang lebih
tinggi dari tempat sekitarnya, arah kandang menghadap ke barat-timur, dan
ipisahkan dari percampuran orang, predator maupun unggas lain. (Martono, 1996)
Lokasi kandang harus
jauh dari pemukiman penduduk karena lingkungan masyarakat memiliki peran yang
sangat penting dalam kelancaran usaha peternakan ,hal ini berhubungan dengan
izin untuk memdirikan suatu usaha, ketersediaan air di lokasi usaha sangat
perlu diperhatikan karena air merupakan kebutuhan mutlak bagi ayam .selain itu
juga harus memperhatikanakses jalan, dan jarak tempat pemasaran.
Keuntungan lokasi
usaha dekat dengan tempat pemasaran adalah resiko susutnya berat badan
ayam dan tingkat kematian ayam yang tinggi pada saat distribusi ayam bisa
dihindari.selain itu biaya transportasi yang dikeluarkan dan waktu kedatangan
di tempat pemasaran bias lebih awal.
Konstruksi kandang
Menurut Martono (1996) konstruksi kandang yang baik terdiri dari beberapa
bagian, yaitu:
Atap.
Atap kandang diusahakan menggunakan genting, karena tidak mudah menyerap panas
yang bisa mengakibatkan temperatur di dalam kandang menjadi tinggi. Kemudian
bentuk atap yang biasa digunakanadalah atap muka dua dengan lubang angin
(=sistem monitor) dan atap tunggal denga lubang udara (sistem semi monitor).
Dinding. Dinding
kandang biasa dibuat dengan menggunakan bahan bambu, dan atau kawat. Celah
celah pada dinding kandang hendaknya tidak dapat diterobos binatang pengganggu
maupun predator.
Ventilasi. Ventilasi
disin diusahakan dibuat sebaik mungkin, sehingga akan terjadi perputaran udara
di kandang, yaitu udara kotor didalam kandang akan keluar dengan mudah, dan
digantikan dengan udara segar dari luar kandang.
Cahaya
matahari. Hal ini juga diusahakan, karena cahaya matahari dapat
menghambat pertumbuhan bibit penyakit, dan merupakan provitamin D.
2. Peralatan utama dalam peternakan ayam yaitu:
1.Alat sanitasi dan desinfeksi (Sprayer)
2.Tempat pakan
3.Tempat minum
4.Tirai kandang
5.Termometer
6.Chick guard(pembatas
kandang)
7.Tandon air
8.Brooder(pemanas)
Persiapan kandang:
1. Pencucian kandangeser
Langkah-langkah pencucian kandang:
1. Kandang dicuci dengan deterjen dan dibilas sampai bersih.
2. Semprot dengan formalin 10%
3. Pengapuran kandang :Gunskan 10 kg kapur hidup 20 kg
ammonium sulfat pada permukaan lantai,
2. Penaburan Sekam
Sekam yang benar-benar kering ditaburkan secara merata
dilantai kandang,alternative sekam yang bisa diberikan serutan
kayu,jerami cincang,kulit padi,kulit kacang,ampas tebu.
3. Pemasangan tirai
Setelah kandang bersih
dan sekam telah ditebar rata,pasang tirai luar dan dalam ,kemudian semprot
kembali denga formalin.Kemudian pasang sekat dan masukan peralatan yang telah
bersih .2 hari se belum DOC masuk ,tempat pakan dan minum,chik guard dan
pemanas sudah harus dipasang,kemudian didesinfeksi kembali dengan formalin 2%.
Tipe
Atap Kandang
Atap kandang merupakan komponen kandang yang penting,karena atap kandang akan
melindungiternak dari panas dan hujan.Tipe-tipe kandang menurut Martono
(1996) antara lain:
Monitor. Tipe
monitor yaitu atap kandang yang terdiri dari sisi pada bagian puncaknya.
Shade. Atap
kandang yang hanya memiliki satu sisi dan digunakan pada kandang sempit
Saw
thoth. Atap kandang yang terdiri atas beberapa sisi yang terputus dan
membentuk celah sebagai ventilasi.
Gable. Atap
yang terdiri atas duia sisi dan tidak terdapat lubang diatasnya.
Kemudian kepadatan kandang yang baik (populasi) per meter persegi menurut
Martono (1996) adalah seperti tercantum dalam label berikut:
Tabel
1. Kepadatan kandang pada ayam
Minggu
ke-
|
Jumlah
ayam / m2
|
1
|
30-50
ekor
|
2
|
20-25
ekor
|
3
|
10-20
ekor
|
4
|
10
ekor
|
5
|
8-10
ekor
|
6
|
6-8 ekor
|
2.2.3.Pemeliharaan Ayam Broiler
Sebelum ayam (DOC)di
masukan kedalam kandang,dilakukan persiapan kandang dimulai dari persiapan
kandang,penaburan sekam,pemasangan tirai,persiapan chick in,setelah DOC
dikeluarkan dari box segera berikan air minum yang mengandung ATP instan
seperti air gula kemudian pemberian air minum berikutnya ditambahkan vitamin.
Kondisi ayam harus selalu diamati,salah satu kunci keberhasilan pemeliharaan
ayam broiler yaitu sesegera mungkin pisahkan bila ada ayam yang dicurigai
mempunyai gejala sakit atau stres,bila ada ayam yang terserang pilek,ngorok,bulu
acak-acakan,mata berair,kurang bergairah,tubuh kerdil,segara dipisahkan ke
kandang khusus.
Persiapan Ternak Broiler
Persiapan yang baik merupakan modal pertama
yang harus dimiliki sebelum mendatangkan bibit ayam broiler yang akan
dipelihara. Tersedianya saran yang lengkap akan memudahkan dalam pengelolaan
secara baik dan sempurna. Persiapan yang diperlukan antara lain yaitu
tersedianya boks atau kandang DOC, boks ini diletakkan di atas lantai kandang,
tirai plastik dipasang pada keempat sisi boks, lampu pemanas digantung 15 cm
dari lantai boks, termometer untuk mengontrol panas bisa digantung atau diikat
pada kandang (Murtidjo, 1987).
Pemeliharaan saat DOC tiba merupakan awal dari pemeliharaan selanjutnya. DOC
yang baru datang biasanya mengalami stress dan kemunduran kondisi. Oleh karena
itu, pemberian air minum dilakukan setelah DOC beristirahat kira-kira 2-3 jam.
Air minum yang diberikan pertama kali biasanya diberi tambahan gula jawa
sebagai suplay energi. Pemberian air harus ad libitum dan ditempatkan secara
merata disekitar sumber pemanas. Kandang DOC harus diberi pemanas karena pada
umumnya sistem kekebalan tubuh DOC belum stabil dalam fungsinya. Pada keesokan
harinya, air minum di tambah suplemen (vitamin) (Ginsono, 1986).
Ginsono (1986) menambahkan ransum pakan yang
diberikan untuk DOC harus mengandung kadar protein 23% dan metabolisme energi
(ME) 2000-3000 kcal. Manajemen
pemeliharaan ayam broiler :
1. Periode Brooding
Tujuannya:
menyediakan kondisi yang nyaman dan sehat bagi anak ayam sehinngga
pertumbuhannya optimal.
1. Menyalakan pemanas dan
mengatur temperatur di dalam kandang,jika DOC aktif dan
menyebar berarti tempertur
kandang sudah ideal.
2. Pemberian pakan
dan minum diberikan sesering mungkin,air minum tersedia secara
ad-libitum,pakan yang diberikan harus bersih dan segar.
3. Pengontrolan
keadaan sekam,sekam harus dikontrol setiap hari dan dijaga agar sekam selalu
dalam keadaan kering.
4. Pelebaran
chick-guard,pelebaran kandang dilakukan sesuai dengan pertumbuhan ayam dan
harus diimbangi dengan penambahan tempat pakan dan minum. Tujuan pengaturan kepadatan ayam yaitu, Untuk memberikan kondisi pada ayam agar ayam tetap
merasa nyaman dan dapat leluasa makan dan minum.
5. Melakukan
seleksi dan culling jika ditemukan ayam yang sakit.
6. Mengatur
ventilasi kandang. Tujuannya:membrikan ketersediaan O2 didalam
kandang,mempertahankan mutu udara yang baik bagi brooder,dan mengatursuhu
secara efektif. Suhu pemeliharaan (Malik,2000):
UMUR(minggu)
|
Temperatur
|
|
Suhu (C)
|
Suhu( F)
|
|
1
|
35
|
95
|
2
|
32,2
|
90
|
3
|
29,4
|
85
|
4
|
26,6
|
80
|
5
|
21,1
|
70
|
2. Periode Growing dan Finishing
a. Sistim pemberian pakan diubah menjadi dua kali
sehari,pada daerah panas pakan diberikan pada pagi dan sore
hari.ju,lah tempat pakan gantung 1 buah untk 30-35 ekor.Bibir feede tube
sedikit lebih rendah dari tembolok ayam.
b. Sistim pemberian minum dilakukan secara
ad-libitum,letak bibir tempat air minum sejajar punggung ayam.
c. Penimbangan sampel berat badan ayam.dilakukan 1
kali seminggu yang bertujuan untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan
tubuh ayam.
d. Kontrol kesehatan dan kondisi ayam terus
dilakukan.
e. Manajemen buka tutup tira dilakukan sesuai
dengan kondisi lingkungan.
2.2.4. Pakan
Ransum adalah bahan ransum ternak yang telah
diramu dan biasanyaterdiri dari berbagai jenis bahan ransum dengan komposisi
tertentu. Pemberian ransum bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat
badan dan menjaminproduksi daging agar menguntungkan (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Ransum untuk ayam broiler dibedakan menjadi
dua yaitu ransum untuk periode starter dan ransum untuk periode finisher
(Rasyaf, 1993). Menurut Harto (1987) pemberian ransum pada ternak yang masih
berumur sehari atau DOC diletakkan dikertas atau tempat pakan dari nampan yang
kecil. Setelah ayam berumur diatas 1 minggu, tempat pakan harus diganti dengan
tempat pakan khusus yang digantung.
Menyatakan bahwa pemberian ransum dilakukan
secara adlibitum dengan pemberian ransum berbentuk: tepung
pada periode starter, butiran pecah pada periode finisher dan terkadang
diberikan ransum yang berbentuk pellet. Pemberian ransum bertujuan menjamin
pertambahan bobot badan dan produksi daging. Jenis bahan ransum dan kandungan
gizinya harus diketahui untuk mendapatkan formula ransum yang tepat. Pemberian
ransum pada ternak disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap ransum, dan jenis
ransum. Ransum untuk ayam yang belum berumur atau DOC diberikan dalam
bentuk all mash. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencernaan
ransum di dalam saluran pencernaan DOC (Akbar, 2009).
2.2.5. Pertambahan Berat Badan
Rasyaf (1992),
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempngarui pertambahan bobot badan
pada unggas yaitu faktor keturunan ,ransum yang diberikan dan fektor penyakit.
Bila kualitas ransum yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan protein, asam
amino dan energi yang menunjang pertambahan bobot badan yang cepat oleh karena
itu semua zat-zat makanan yang digunakan untuk hidup pokoknya dahulu akibatnya
pertambahan bobot badanakan terlambat. Rasyaf (1992) juga berpendapat bahwa
diakhir minggu pertama hasil penimbangan sudah dilakukan, angka rataan dan
ragam baku sudah diketahui kemudian sudah dipersentase ragam yang sudah
diketahui.
Parwanta (2000), berpendapat bahwa tipe yang diberikan pada periode pertumbuhan
berbeda dengan tipe pakan yang diberikan untuk periode pemanasan. Periode
pertumbuhan ini dibagi menjdai dua fase, yaitu 2,6 sampai 15 minggu (maintenand
period). Dan fase 3,16 sampai 25 minggu (preperation for laying period).
Kanisius (1986),
mmenyatakan bahwa pertumbuhan tubuh diiringi dengan terbentuknya karkas yang
terdiri dari jaringan utama.Masing-masing adalah jaringan tulang yang membentuk
kerangka otot atau urat yang membentuk daging dan lemak. Ketika jaringan
tersebut tumbuh sangat teratur dan serasi jaringan yang penting awasl tumbuh
adalah tulang kemudian diikuti daging sedangkan lemak paling akhir. Norman
(1983), menyatakan bahwa kualitas karkas yang dimasukan akan baik sekitar
70-75% bila jumlah komsumsi ransum yang digunakan berkualitas baik dan bila
kondisi ayam tersebut sama sekali terserang penyakit.
2.2.6. Penyakit
Agen penyakit adalah
mikroorganisme yang terdapat di dalam lingkungan seperti virus, bakteri, fungi
dan parasit baik yang di dalam (endoparasit) maupun yang diluar tubuh ayam (ektoparasit).
Adanya penyakit terjadi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu agen penyakit, inang
(ayam) dan lingkungan. Di alam, mikroorganisme selalu berinteraksi dalam
keadaan harmoni (seimbang) apabila tubuh ternak mempunyai daya tahan yang
tinggi terhadap infeksi mikroorganisme tersebut. Apabila terjadi perubahan yang
menyebabkan ketidakseimbangan interaksi tersebut, misalnya menguntungkan di
sisi mikroorganisme, dan merugikan kondisi hewan ternak yang dipelihara, maka
terjadilah penyakit pada ternak dengan derajat yang bervariasi (Upik, 2010).
Tabel 1. Lama hidup agen penyebab penyakit di luar tubuh
unggas
Agen Penyakit
|
Nama penyakit
|
Lama hidup di luar tubuh unggas
|
Virus
avibirna
|
Infectious
bursal disease/ Gumboro
|
Beberapa
bulan
|
Eimeria spp
|
Koksidiosis
|
Beberapa
bulan
|
Virus duck
plague
|
Duck
plague
|
Beberapa
hari
|
Pasteurella
multocida
|
Kolera
ayam
|
Beberapa
minggu
|
Haemophylis
gallinarum
|
Coryza
(Snot)
|
Beberapa
jam-hari
|
Virus
herpes onkogenik
|
Marek
|
Beberapa
bulan-tahun
|
Virus
paramyxo
|
ND
|
Beberapa
hari-minggu
|
Mycoplasma
gallisepticum, M. synoviae
|
Mikoplasmosis
|
Beberapa
jam-hari
|
Salmonella spp
|
Salmonellosis
|
Beberapa
bulan
|
Histomonas
|
Histomoniasis
|
Beberapa
bulan
|
Aspergillus
fumigatus
|
Aspergillosis
|
Beberapa
bulan
|
Mycobacterium
avium
|
Avian
tuberculosis
|
Beberapa
tahun
|
Jeffrey (1997), Hofstad et al. (1978)
2.2.7. Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit
Vaksinasi adalah preparat yang mengandung
mikroorganisme kidup tetapi non aktif. Bila diberikan pada ternak, tidak
akan menimbulakan penyakit, tapi merangsang kekebalan tubuh untuk membentuk
antibodi yang sesuai dengan mikroorganisme ( Yuwono, 1992). Tujuan vaksinasi
adalah mengusahakan kekebalan tubuh secara efektif terhadap ayam yang ada untuk
jangka waktu tertentu.Agar vaksinasi berhasi dengan baik, dalam melakukan
vaksinasi perlu diperhatikan hal – hal berikut : ayam yang divaksin adalah ayam
yang sehat saja. Apabila pelaksanaan vaksin melalui air minum, maka tempat
minum harus dicuci lebih dahulu tetapi tidak boleh memakai desinfektan,
detergent, dan sabun. Air minum yang digunakan untuk bermacam – macam vaksin
hendaknya tidak mengandung chloor atau zat –zat lain yang dapat mematikan
virus. Oleh karena itu agar vaksinasi ini aman, dianjurkan mamakai air sumur,
aquadest, air hujan, tapi jangan memakai air ledeng ( Yuwono, 1992 ).
Unggas yang telah diberi pakan dengan baik
dan dikelola dan divaksinasi terhadap penyakit – penyakit lokal terkenal
biasanya tetap sehat. Penekanan haruslah pada pencegahan penyakit, tetapi jika
ada suatu penyakit, unggas – unggas yang sakit harus dipisahkan dari unggas –
unggas yang sehat. Tindakan – tindakan kebersihan ( sanitasi ) yang ketat harus
dilakukan dalam semua kandang dan seorang petugas dokter hewan atau penyuluh
harus diberitahukan dengan segera ( Williamson dan Payne, 1993 ).
Vaksinasi yang dilakukan pada ayam umur 7
hari diberikan vaksinasi NDH (larutan dapar) melalui tetes mata, vaksin GM 97
diberikan pada ayam umur 14 hari dengan cara di campur pada air minum,
vaksinasi NDLS pada ayam umur 21 hari diberikan dengan cara mencampur vaksin
dengan air minum kemudian didiamkan selama 1 menit lalu dimasukkan ke tempat
minum, pada saat divaksin NDLS ayam dipuasakan selama 1 jam pada pukul 08.00
pagi sampai 09.00 pagi, pada ayam pemberian antibiotik diberikan pada ayam umur
1-3 hari dengan cara dicampur air minum lalu dimasukkan ke tempat minum ayam.
Pemberian vaksin dilakukan pada pagi hari.
Progam Vaksinasi Ayam Pedaging(Malik,2000)
umur
|
Jenis obat
|
Dosis
|
Keterangan
|
4 hari
|
ND Lasota+IB.N 120
|
1 ds
|
Tetes Mata
|
14 hari
|
Gumboro Aktif ND
|
1
ds
|
Air Minum/Cekok
|
21 hari
|
Lasota +IB II 120
|
1
ds
|
Air Minum/Tetes Mata
|
2.2.8. Mortalitas
Mortalitas adalah jumlah ayam yang mati hari
itu dibagi jumlah ayam mula-mula kali 100% merupakan nilai mortalitas. Hal ini
dapat berasal dari dalam peternakan sendiri seperti penyakit, manahemen yang
salah, cuaca dan cekaman panas sedangkan dari luar peternakan seperti racun
yang terkandung didalam pakan atau ransum (Rasyaf, 2008). Mortalitas atau
tingkat kematian adalah perbandingan antara jumlah ayam yang mati dengan jumlah
ayam yang masih hidup . Mortalitas yang tinggi akan menyebabkan kerugian yang besar
bagi peternak (Wahyuni, 2008), mortalitas harus diukur secara kuantitatif,
standar mortalitas ayam ras petelur untuk kondisi daerah tropis yaitu 4
persen. Mortalitas anak ayam dapat mencapai 68,5 persen, kematian yang sangat
tinggi ini dapat tercapai sampai anak ayam berumur 6 minggu yang disebabkan
oleh campur tangan pemelihara terhadap pengelolaanya. Hal ini dapat berasal
dari dalam peternakan sendiri seperti penyakit, manajemen yang salah, cuaca dan
cekaman panas sedangkan dari luar peternakan seperti racun yang terkandung
didalam pakan atau ransum (Wahyuni, 2008). Rumus untuk
menghitung mortalitas pada unggas sebagai
berikut(http://em-ridho.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-produksi-ternak.html):
Mortalitas = Jumlah ayam yang mati
Jumlah
seluruh ayam
2.3. Penetasan Telur
Penetasan adalah usaha manusia untuk
menghasilkan anak ayam atau unggas lain dengan berbagai cara pengeraman. Pada
prinsipnya penetasan telur dengan menggunakan mesin tetas sama dengan induk
ayam sesungguhnya. Usaha manusia untuk meniru tingkah laku dan apa saja yang
dikerjakan oleh induk dari saat mengeram sampai saat menetas.
Penetasan dengan menggunakan mesin tetas
mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Mampu
melakukan pengeraman telur dalam jumlah besar.
2. Penetasan
dapat dilakukan sewaktu-waktu.
3. Selama
penetasan sudah dapat dipastikan jumlah anak ayam yang akan menetas.
4. Membantu
produktivitas ternak
Disamping itu penggunaan mesin tetas juga
memiliki kelemahan antara lain :
a. Perlu
tambahan biaya tambahan untuk bahan bakar
b. Apabila
manajemen jelek akan mengakibatkan daya tetas turun.
c. Apabila
sanitasi kurang baik dapat menularkan penyakit (Abdul Malik, 2010).
2.3.1. Pemilihan Telur
Pemilihan
telur tetas sangat penting dalam penetasan karena dengan pemilihan yang baik
secara exterior akan membantu menemtukan daya tetas oleh karena itu bentuk
fisik dari telur dan hubungan yang nyata dengan daya tetas.
Faktor
yang harus diperhatikan dalam memilih telur tetas antara lain:
a. Asal
telur tetas, telur yang ditetaskan berasal dari induk dan pejantan yang telah
diseleksi.
b. Besar
dan berat telur, telur tetas harus mempunyai besar dan berat yang sesuai dengan
bangsa dan tipe ayamnya.
c. Indeks
telur, telur tetas yang ideal memiliki indeks telur 45%.
d. Kerabang
telur, hendaknya dipilih : relatif kuat, bebas dari keretakan, tekstur halus,
tidak terlalu tebal dan tipis, dan warna sesuai dengan ras.
e. Umur
telur yang baik untuk ditetaskan sebaiknya disimpan dahulu 2-7 hari
f. Kebersihan
telur.
2.3.2. Manajemen Penetasan
Dibawah
ini akan dijelaskan beberapa hal yang harus dijelaskan sebelum dan selama
penetasan.
1. Persiapan Mesin Tetas
bersihkan mesin
tetas terlebih dahulu dengan desinfektan(larutan
formalin).
letakkan mesin tetas
disamping itu diusakan jangan sampai terkena sinar matahari dan angin lansung
1 atau 2 hari
sebelum telur dimasukkan atau terlebih dahulu temperatur dan kelembaban sesuai
dengan yang diinginksn yaitu 101-130 F dan kelembaban 60-70 %.
2. Persiapan Telur Tetas
Telur yang telah dipilih,sebelum dimasukkan
kedalam mesin tetas terlebih dahulu(terutama telur yang kotor) dengan menggosok
kapas yang sebelumnya dibasahi dengan alkohol 70% atau formalin 0,8% air hangat
60%.Berikan tanda pada kedua tepi horizontal (A dan B/+ dan -) hal ini
memudahkan pemutaran telur.
3. Penetapan Telur Pada Rak
Letakakn telur pada rak telur dengan bagian
tumpul atau rongga udara dibagian atas,yang membentuk sudut 30-45 derajat.
4. Pengaturan Ventilasi
Ventilasi pada msein tetas sangat penting
diperhatikan agar dalam mesin tetas pergantian udara agar terus berlansung.
hari
pertama ventilasi dalam keadaan tertutup
hari
ke 4 dibuka ½ bagian
hari
ke 5 dibuka 1/3 bagian
hari
ke 6 sampai menetas dibuka seluruhnya
5. Pemutaran Telur
Tiga hari semenjak telur dimasukkan ke dalam
mesin tetas harus dilakaukan pemutaran sebanyak3 kalai sehari.Untuk telur ayam
pemutaran dilakukan samapai hari ke 1, sedang telur itik samapai ke 25.
6. Peneropongan telur
Selama penetasan peneropongan sebaiknya 3
kalai
peneropongan
pada hari ke 6, yang berfungsi untuk menentukan vertilitas telur dan
mengeluarkan telur yang intertilitas untuk dikosumsi kembali.
peneropongan
pada hari ke 13, yang fungsinya untuk melihat kembali embrio dan
mengeluarkan telur yang mati atau kosong.
peneropongan
pada hari ke 17,yang fungsinya untuk melihat embrio yang mati dan harus segera
dikeluarkan, agar tidak menimbulkan banyak gas 2 dan amoniak.
7. waktu Penetasan
Setelah mencapai hari ke 20-21 (ayam dan hari
ke 27-28 telur itik) telur akan menetas.anak ayam yang keluar dari telur akan
segera berlahan –lahan,melalui pemecahan kerabang hingga mambelah dua.
Anak ayam dikeluarkan dari mesin tetas jika bulunya suadah kering.
2.3.3. Alat Tetas
Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan
alat yang disebut mesin tetas atau inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan
sama dengan penetasan alami, yaitu menyediakan kondisi lingkungan (temperatur,
kelembaban dan sirkulasi udara) yang sesuai agar embrio dalam telur berkembang
dengan optimal, sehingga telur dapat menetas (Sukardi, 1999). Penetasan dengan
alat tetas buatan terbagi atas dua cara, yaitu dengan matahari dan sekam serta
mesin tetas. Alat – alat ini sederhana, bahkan dapat kita buat sendiri. Dari
kedua jenis ini pun terdapat bermacam – macam jenis alat tetas yang prinsip
kerjanya sama, karena umumnya menggunakan tenaga panas, baik panas matahari maupun
panas listrik ataulampu teplok (Paimin, 2000).
2.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan
Beberapa faktor yang
sangat berpengaruh dan harus menjadi perhatian khusus selama proses penetasan
berlangsung adalah :
1. Sumber panas, karena mesin tetas ini sumber panasnya dari
energi listrik dan sebagai media penghantar panasnya menggunakan lampu pijar,
maka selama proses penetasan berlansung lampu pijar harus diusahakan tidak
terputus, kalau lampu pijar terputus harus segera diganti. Lampu pijar harus
mampu menghantarkan panas yang dibutuhkan untuk penetasan yakni 101ºF (38,5ºC),
untuk menjaga kestabilan suhu digunakan alat yang namanya termoregulator.
2. Air, berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan
kelembaban didalam ruangan mesin tetas, oleh karena itu air didalam mesin
selama proses penetasan berlangsung tidak boleh kering. Kelembaban yang
dibutuhkan pada penetasan umur 1 hari – 25 hari adalah yang ideal antara 60% -
70%, sedangkan pada hari ke 26 sampai menetas membutuhkan lebih tinggi yaitu
75%.
3. Operator, adalah orang
yang mengoperasikan mesin tetas. Tugas operator selama penetasan adalah :
a. Mengatur suhu ruangan mesin tetas sesuai dengan suhu
yang ditentukan.
b. Mengatur dan mengontrol kelembaban ruangan mesin
tetas.
c.
Mengatur ventilasi mesin tetas.
d.
Melakukan pembalikan / pemutaran telur.
e.
Melakukan pemeriksaan telur dengan alat teropong.
f.
Mencatat semua kegiatan yang dilakukan selama penetasan berlangsung.
4. Pemutaran telur, mempunyai tujuan untuk
memberikan panas secara merata pada permukaan telur, Selain itu untuk mencegah
agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kerabang telur. Pemutaran telur
dilakukan dengan mengubah posisi telur dari kiri ke kanan atau sebaliknya,
untuk telur dengan posisi mendatar yang bawah diputar menjadi diatas, apabila
telur diberdirikan bagian yang tumpul harus diatas.
5. Peneropongan, dilakukan
karena untuk mengetahui keberadaan atau perkembangan embrio secara dini.
Peneropongan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali selama penetasan berlangsung
yaitu pada hari ke 1, ke 7 dan hari ke 25 ( Gatot, 2009).
III.Profil perusahaan
III.1. sejarah berdiri
PT
Wonokoyo
bersama dengan berbagai unit usahanya bersatu menjadi Wonokoyo Group
merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Industri Perunggasan Terpadu.
Didirikan
pada tahun 1983 di Desa Wonokoyo, Pasuruan, Jawa Timur sebagai perusahaan
pembibitan anak ayam (Breeding Farm). Dalam waktu relatif singkat Wonokoyo
Group berhasil memposisikan diri sebagai pelaku bisnis perunggasan papan atas
yang sangat diperhitungkan dan disegani di Indonesia.
III.2 . Strategi Perusahaan
- Memperkokoh Organisasi Perusahaan dan SDM
- Menerapkan Manajemen Farm yang Profesional
- Menjaga Mutu Produk
- Research & Development
- Memprioritaskan Pelayanan Pelanggan
§ Menjadi Pemimpin Pasar
dan Perusahaan Perunggasan Terpadu yang Terbaik di Indonesia
§ Terus Menerus
Meningkatkan Mutu, Produktivitas dan Pelayanan untuk Memuaskan Pelanggan dan
Memberikan Manfaat kepada Karyawan, Pemasok dan Pemegang Saham
III.3.produk
Produk
utama adalah pakan ternak, yang mana diproduksi oleh fasilitas produksi
perusahaan dan anak perusahaan. Bentuk dari pakan ternak yang diproduksi oleh
Perseroan dapat berupa concentrate (konsentrat), mash (tepung), pellet
(butiran) atau crumble (butiran halus).
Pakan Ternak Pedaging Pakan ternak ini memiliki 3 jenis
produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan
kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Pakan Ternak Petelur Pakan ternak ini memiliki 4 jenis
produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan
kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Produk
yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada penjualan adalah Day Old
Chicks ("DOC") atau anak ayam usia sehari komersial. DOC diproduksi
oleh beberapa fasilitas pembibitan milik anak perusahaan yang tersebar di
seluruh Indonesia.
DOC Ayam Pedaging (Broiler)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam Petelur (Layer)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
Daging
ayam didapatkan dari ayam ternak yaitu unggas yang paling banyak diternak di
dunia. Daging ayam selalu dihidangkan sebagai makanan dalam berbagai cara. Ayam
mentah dapat dibekukan sehingga dua bulan tanpa perubahan wujud dengan rasa
atau tekstur. Daging ayam biasanya dimasak sebelum dimakan karena daging ayam mentah
mengandung salmonella.
SOSIS
Sosis adalah salah satu produk olahan daging yang sekarang mulai populer di masyarakat, terutama anak-anak. Pengolahan sosis ini pada awalnya dikembangkan oleh negara empat musim, yang bertujuan untuk mengawetkan, sehingga mereka tidak kekurangan daging selama musim dingin.
Sosis adalah salah satu produk olahan daging yang sekarang mulai populer di masyarakat, terutama anak-anak. Pengolahan sosis ini pada awalnya dikembangkan oleh negara empat musim, yang bertujuan untuk mengawetkan, sehingga mereka tidak kekurangan daging selama musim dingin.
NUGGET
Nugget adalah makanan yang cukup populer. Makanan ini sangat praktis, diawetkan dengan cara beku, nugget menjadi alternatif lauk dan camilan sehari-hari.
Nugget adalah makanan yang cukup populer. Makanan ini sangat praktis, diawetkan dengan cara beku, nugget menjadi alternatif lauk dan camilan sehari-hari.
VI. Hasil dan pembahasan
VI.1.Hasil
Produk
yang dihasilkan berupa Pakan
Ternak Pedaging, Pakan
Ternak Petelur, DOC Ayam Pedaging (Broiler), DOC Ayam Petelur (Layer),daging ayam broiler, telurayam petelur, SOSIS, NUGGET
VI.2.pembahasan
Produk
utama adalah pakan ternak, yang mana diproduksi oleh fasilitas produksi
perusahaan dan anak perusahaan. Bentuk dari pakan ternak yang diproduksi oleh
Perseroan dapat berupa concentrate (konsentrat), mash (tepung), pellet
(butiran) atau crumble (butiran halus).
Pakan
Ternak Pedaging
Pakan ternak ini memiliki 3 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Pakan ternak ini memiliki 3 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Pakan
Ternak Petelur
Pakan ternak ini memiliki 4 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Pakan ternak ini memiliki 4 jenis produk yang masing-masing memiliki formula berbeda dan disesuaikan dengan kandungan nutrisi yang dibutuhkan pada setiap masa pertumbuhannya.
Produk
yang memberikan kontribusi terbesar kedua kepada penjualan adalah Day Old
Chicks ("DOC") atau anak ayam usia sehari komersial. DOC diproduksi
oleh beberapa fasilitas pembibitan milik anak perusahaan yang tersebar di
seluruh Indonesia.
DOC Ayam
Pedaging (Broiler)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam
Petelur (Layer)
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
DOC Ayam Pedaging adalah anak ayam usia sehari yang dibudidaya oleh peternak untuk menghasilkan daging ayam. Ayam Pedaging dibudidaya selama kurang lebih 30-45 hari sebelum dipanen dengan berat rata-rata mencapai 1,39-2,45 kg dan menghasilkan sekitar 1,11-1,96 kg daging ayam.
Daging
ayam didapatkan dari ayam ternak yaitu unggas yang paling banyak diternak di
dunia. Daging ayam selalu dihidangkan sebagai makanan dalam berbagai cara. Ayam
mentah dapat dibekukan sehingga dua bulan tanpa perubahan wujud dengan rasa
atau tekstur. Daging ayam biasanya dimasak sebelum dimakan karena daging ayam
mentah mengandung salmonella. Ayam yang dihasilkan dapat dipanen umur 25 hari dengan berat rata rata
2 kg per ekor
SOSIS, sosis
adalah salah satu produk olahan daging yang sekarang mulai populer di
masyarakat, terutama anak-anak. Pengolahan sosis ini pada awalnya dikembangkan
oleh negara empat musim, yang bertujuan untuk mengawetkan, sehingga mereka
tidak kekurangan daging selama musim dingin.
NUGGET, nugget adalah makanan yang cukup
populer. Makanan ini sangat praktis, diawetkan dengan cara beku, nugget menjadi
alternatif lauk dan camilan sehari-hari.
Dengan
adanya penambahan enzim dalam formulasi ransumyang diberikan pada ayam
petelur,Telur yang dihasilkan banyak
mengandung omega 3, dan banyak mengandung nutrisi yang tinggi. Pembuktian
dilakukan dengan melihat secara langsung albumin yang terdapat di telur
tersebut tidak mudah pecah, selain itu
warna yolk nya terlihat sangat cerah yang menandakan kualitas telurnya bagus.
Telur tersebut juga memiliki daya simpan yag tinggi sehingga pemasarannya dipioritaskan keluar pulau jawa. Ayam yang dipeliharapun umur produksinya dapat melebihi
umur normal produksi ayam pada umumnya yaitu
mencapai 2 tahun.
V. Penutup
Kesimpulan
Produk
utama dari
Pt.wonokoyo corp adalah pakan ternak, yang mana diproduksi oleh fasilitas produksi
perusahaan dan anak perusahaan. Bentuk dari pakan ternak yang diproduksi oleh
Perseroan dapat berupa concentrate (konsentrat), mash (tepung), pellet
(butiran) atau crumble (butiran halus). Pakan trnak
tersebut diperuntukkan untuk ternak
petelur dan broiler.
Selain itu Produk yang memberikan kontribusi
terbesar kedua kepada penjualan adalah Day Old Chicks ("DOC") atau
anak ayam usia sehari komersial. DOC diproduksi oleh beberapa fasilitas
pembibitan milik anak perusahaan yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dengan
adanya penambahan enzim dalam formulasi ransumyang diberikan pada ayam
petelur,Telur yang dihasilkan banyak
mengandung omega 3, dan banyak mengandung nutrisi yang tinggi. Pembuktian
dilakukan dengan melihat secara langsung albumin yang terdapat di telur
tersebut tidak mudah pecah, selain itu
warna yolk nya terlihat sangat cerah yang menandakan kualitas telurnya bagus.
Telur tersebut juga memiliki daya simpan yag tinggi sehingga pemasarannya dipioritaskan keluar pulau jawa. Ayam yang dipeliharapun umur produksinya dapat melebihi
umur normal produksi ayam pada umumnya yaitu
mencapai 2 tahun.
Saran
Pelaksanaan praktikum sebaiknya dilakukn lebih dri sehari agar informasi yang
diperoleh lebih banyak dan beragam sehingga dapat dimanfaatkan dan diaplikasikan .
Pengamatan seharusnya dilakukan dengan seksama agar
tidak ada satupun informasi yang terlewatkan .
Peran aktif mahasiswa harus ditingkatkan lagi.
Mahasiswa seharusnya lebih memperhatikan materi yang didapatkan di lapangan langsung ,
agar dapat memahami dan mengaplikasikannya.
Daftar pustaka
Anggorodi, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. Penerbit
Universitas Indonesia (UO-Press). Jakarta.
Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan ke-1. Lembaga Satu Gunung Budi.
Bogor.
Boa-Amponsem, K., E. A. Dunnington and
P. B Siegal. 1991. Genotype, Feeding
Regimen and Diet Interaction in Meat Chicken. I. Growth, Organ Size and
Feed Utilization. Poultry Sci. 70 : 680-688.
Darminto.1995.
Vaksinasi Penyakit Tetelo Secara Kontak
pada Ayam Buras: Perbandingan Analisis antara Kondisi Laboraturium dan Lapangan.Jurnal
Ilmu Ternak dan Veteriner: 1(2):105-113.
Lampiran
1.1.gambar ayam broiler
1.2. ayam petelur
1.3. pakan
1.4.penetasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar